Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #125

Kejahatan Dibalas Kebaikan #125

 

Di rumah Brayen sudah banyak keluarga yang berdatangan, saat itu mereka berlima masih ada di kamar, belakangan ini Bu Lisda semakin mudah menangis, ia menangis bukan karena lemah, ia menangis karena bahagia, ia merasa satu persatu doanya terjawab, mungkin di mata manusia sesuatu hal ada yang tidak mungkin. Tetapi, tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan.

 

Hal itulah yang diyakini Bu Lisda, jika banyak orang berspekulasi kalau Brayen dan menantunya tidak akan bersatu, tetapi dalam setiap untaian doa Bu Lisda, selalu terselip harapan untuk anak dan menantunya, agar bisa bersatu, kini, doa dan harapan yang diminta Bu Lisda di kasih, melebihi yang ia minta. Putrinya yang keterbelakangan mental menjadi pelukis terkenal yang mengharumkan nama orang tua.

 

Beberapa hari yang lalu sebelum mereka pulang kampung, ada kabar gembira untuk mereka. Nur masuk dalam majalah Asia News, di sana Nur ditulis sebagai salah satu wanita asia yang inspiratif atas didirikannya Yayasan Rumah Nur yang saat ini penghuni rumah Nur sudah mencapai ratusan orang dan makin banyak orang yang menjadi donatur untuk rumah Nur.

 

Ia dikenal sebagai wanita yang memberi berkat bagi orang lain, bisa membantu orang lain, itu satu keajaiban bagi Bu Lisda.

 

Maka saat mereka pulang kampung, Nur menjadi idola baru di kampungnya, jika dulu anak-anak dan orang tua sering melemparinya dengan batu, maka kali ini mereka menerima bantuan sembako dari Nur.

 

‘Nur wanita yang berhati baik, bahkan putih seperti kapas, ia tidak pernah menaruh dendam pada orang yang pernah menyakitinya, tetangga rumah Brayen ada satu keluarga setiap kali melihat Nur lewat dulu mereka selalu menjahatinya, tetapi saat mereka membagi-bagi sembako. Orang pertama yang di bagikan Nur adalah keluarga Rido.

 

“Ea ! asih Io, io.”

 

“Eda, kasih Rido, Rido,” ucap Nur dengan bahasa gagu pagi itu, ia menenteng beras dan mengantarkannya ke rumah Rido, keluarga itu tidak berani datang karena sadar mereka salah dan selalu memusuhi keluarga Brayen dari dulu. Tapi bagi Nur tidak seperti itu, mereka tetap saudara baginya, ia tidak merasa dendam.

 

Saat Nur mengantar sembako ke rumah Rido, Kania menahan air mata agar tidak menangis, bukan hanya Kania, Jonas hanya diam mematung melihat sikap baik bibinya.

 

Lihat selengkapnya