Dua tahun yang lalu, tepatnya saat libur kuliah semester satu, Rilla pulang ke rumahnya. Rilla memang belum terbiasa jauh dari rumah meskipun sudah kuliah di luar kota selama satu semester lamanya. Ia pulang dan melepas rindu dengan keluarga serta sahabatnya. Rilla sangat senang menikmati liburannya yang hampir dua bulan itu.
Tidak terasa, waktu liburannya akan berakhir sebentar lagi. Memang cukup berat bagi Rilla untuk kembali kuliah mengingat semester satu kemarin ia benar-benar merasakan yang namanya homesick. Tetapi karna memang harus kuliah, Rilla pun tidak terlalu memikirkan itu.
Tiga hari sebelum Rilla harus pergi lagi untuk kuliah, ada sesuatu yang mengganggunya. Hari itu Rilla akan bertemu dengan Ayu di sebuah mall. Biasanya, jika mereka ingin pergi bersama, salah satunya pasti menjemput dan mereka berangkat bersama. Tetapi, kali ini berbeda karena Ayu harus lebih dulu menemani ibunya untuk pergi. Karena itu, Rilla berangkat sendirian dan menunggu Ayu di mall.
Rilla duduk di salah satu cafe yang ada di mall itu. Saat asik memainkan handphonenya sambil menunggu Ayu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampirinya.
“Sendirian aja mbak?” tanya lelaki itu.
Mendengar suara itu, Rilla langsung melihat ke arah laki-laki tadi dan ternyata laki-laki itu adalah Hari.
Rilla terkejut melihat Hari yang sudah berdiri di depannya sambil tersenyum.
“Rill? Kok sendirian aja? Udah lama ya kita ga ketemu. Mau gue temenin?” ucap Hari sambil sedikit tersenyum menggoda kepada Rilla.
“Ngapain lo di sini? Gue gamau ketemu lo lagi. Plis banget pergi,” ujar Rilla sambil mengalihkan pandangan nya ke handphone.
“Kok jutek banget sih? Kita udah lama ga ketemu loh Rill. Lo ga kangen sama gue?”
Rilla hanya diam dan tidak mau merespon ucapan Hari.
“Yahh, gue dikacangin nih. Btw, gimana kuliahnya? Udah “dipake” berapa cowo lagi lo di sana?” ujar Hari dengan nada merendahkan Rilla. Hari memang sering merendahkan Rilla dengan kata-katanya itu, apalagi jika ia berusaha mencari perhatian Rilla
Rilla yang sudah tidak tahan akhirnya berdiri dan ingin pergi meninggalkan Hari. Saat Rilla berjalan, Hari menahan tangan Rilla dan mengancamnya.
“Waduh. Kok gue ditinggalin? Yaudah deh. Gimana kalau video kita dulu gue sebar?” ancam Hari.
Rilla langsung marah dan menarik kerah baju Hari. Rilla menatap tajam Hari dan berbisik.
“Sekali lagi lo ancem gue, lo yang bakal mampus. Gue ga kaya dulu lagi yang cuma diem lo pukulin tiap hari. Dulu gue nahan karna gue gamau nyakitin lo. Tapi sekarang? Gue bisa ngabisin lo kapan aja.”
Rilla kemudian melepaskan kerah baju Hari dan berjalan pergi. Hari yang merasa harga dirinya terinjak kemudian berteriak kepada Rilla.
“Kalo gue kasih tau langsung ke nyokap lo yang jantungan itu gimana Rill?!” teriak Hari.
Rilla langsung berhenti berjalan. Ia langsung berbalik dan mendatangi Hari. “Kalo lo mau berantem jangan di sini. Ikutin gue” ujar Rilla sambil menahan amarahnya kepada Hari.
Hari kemudian menyeringai karena senang. Ia merasa akhirnya Rilla memberikan “perhatian” kepada dirinya. Hari pun berjalan mengikuti Rilla. Mereka berjalan ke luar mall, ke arah gang sempit yang terletak di samping mall itu.
“Udah. Cepetan ngomong lo maunya apa?” tanya Rilla