Cahaya matahari pagi mulai masuk lewat jendela kamar. Rilla pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekelilingnya dan menyadari kalau ia sudah berada di kamarnya yang berada di rumah neneknya.
“Tadi malam gue mimpi deh kayaknya. Aneh tapi rasanya nyata banget. Mata gue ampe bengkak beneran kenapa ya,” gumam Rilla.
“Selamat pagi Rilla!” sapa Batari yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Rilla.
Rilla terkejut dan shock melihat Batari. Otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi setelah melihat Batari.
“Ba ... Batari???!” ucap Rilla terkejut.
“Selamat pagi Rilla! Ayo bangun, kita berjalan-jalan di taman belakang.”
“Bentar! Ja ... jadi yang tadi malam itu asli?” teriak Rilla sambil langsung beranjak dari kasur.
“Kamu mengira perjalanan kita hanya sebuah mimpi Rilla? Wahh, aku cukup sakit hati karna kecewa mendengarnya.”
Batari pun berjalan keluar kamar menuju taman belakang meninggalkan Rilla. Rilla kemudian langsung berlari mengejar Batari ke taman belakang. Rilla melihat Batari yang berdiri di teras belakang sambil memandang taman belakang rumah neneknya.
“Rilla, maaf jika kamu kecewa dengan apa yang terjadi tadi malam,” ucap Batari.
Rilla berjalan dan berdiri di samping Batari. Ia ikut memandangi taman belakang rumah neneknya itu.
“Hmm .... Dadaku rasanya masih sesak karena kejadian semalam. Bahkan waktu aku baru bangun tadi, aku mengira itu semua cuma mimpi. Tapi semua itu nyata. Kalau dipikirkan lagi, memang apa yang kamu bilang tadi malam itu benar. Aku harus berhenti berandai-andai dan mencoba menghilangkan semua kata-kata ‘apabila’ di otakku,” ujar Rilla sambil tersenyum menatap taman belakang tempat semua hal terjadi tadi malam.
“Baguslah kalau kamu mengerti. Rasanya, janjiku pada Runa sudah lunas. Aku sudah menjagamu dan mencoba mengajarimu beberapa hal.”
“Hahahaha. Iyaa, terimakasih banyak Batari. Tapi, berarti apa yang kulakukan saat ke masa lalu bersamamu itu benar-benar terjadi? Apa yang kulakukan memang merubah kejadian yang ada?”
“Tidak. Itu hanya menunjukkan kemungkinan kejadian yang terjadi Rilla. Dan nyatanya, kamu memang tidak bisa merubah masa lalu,” jelas Batari.
“Batari, tolong bicara yang lebih jelas. Ini masih pagi dan aku mengalami malam yang aneh. Bisa diperjelas?” tanya Rilla sedikit kesal karena menganggap Batari terlalu bertele-tele dan kalimatnya sulit dipahami.