Elish terus berlari, melewati hutan, menyeberangi danau, melewati padang ilalang, sedikit mendaki menuju padang bunga, hingga akhirnya ia sampai di padang bunga yang paling dekat dengan pemukiman manusia.
Ia menyibak tanaman bunga yang tingginya hampir setinggi tubuhnya, terus mendaki. Nafasnya sudah tersengal. Namun ia harus terus maju. Sesekali ia menengok ke belakang, memastikan pengejarnya belum terlalu dekat. Gaunnya yang panjang ia jinjing sembarangan. Sesekali turun, membuat kakinya tersaruk ujung rok.
“Kenapa aku menggunakan long dress di saat seperti ini.” ia menggerutu sendiri.
Mana ia tahu jika akan dikejar para prajurit ketika mengenakan long dress. Jika ia tahu, ia pasti sudah persiapan memakai dress selutut atau bahkan celana panjang yang sering ia kenakan saat berburu.
Sedikit lagi ia akan sampai di rumah yang paling dekat dengan padang bunga. Rumah itu adalah sebuah penginapan. Memiliki dua bangunan yang saling berdekatan. Jendela belakangnya menghadap ke padang bunga. Jika melihat pemandangan dari dalam rumah tersebut melewati jendela belakangnya, akan tampak padang bunga, padang ilalang, kemudian danau. Pemandangan yang sangat sempurna yang menjadikan rumah penginapan tersebut selalu dikunjungi oleh wisatawan. Letak bangunannya yang cukup tinggi membuat para pengunjung bisa menikmati pemandangan tanpa terhalang apapun.
Elish menyeka keringat dengan lengannya, membuatnya melepas sejenak jinjingannya pada roknya. Membuat kakinya sekali lagi tersaruk ujung rok.
“Sial.” Kata itu ia lontarkan untuk kakinya yang tersaruk, juga untuk para pengejarnya yang sepertinya sudah mendekat.
Ia berlari dengan sedikit merunduk, menyembunyikan dirinya pada bayang-bayang pepohonan, yang satu dua tumbuh di halaman belakang rumah penginapan. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan jika pengejarnya belum mengetahui pasti keberadaanya.
Elish sedikit bersyukur karena malam itu tidak terlalu berangin. Setidaknya aroma tubuhnya tidak terlalu menguar kuat. Karena jika aroma tubuhnya tertiup angin dan sampai kepada pengejarnya, mereka akan segera mengetahui posisinya saat ini.
“Manusia.” Elish sedikit tersenyum lega. Ia melihat ada seorang manusia sedang duduk di halaman belakang rumah penginapan.
Elish berlari terburu-buru ke arah manusia itu. Seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya.
Luxira, nama pria itu. Ia hanyalah seorang yang kebetulan menginap di rumah penginapan tersebut. Ia berjengit kaget ketika tiba-tiba melihat seorang gadis dengan long dress cantik berlari ke arahnya dengan terburu-buru.
Belum sempat Luxira menyadari apa yang terjadi, Elish sudah menarik tangannya, memaksanya berdiri, dan menariknya menuju gang sempit di antara dua bangunan penginapan.
Elish mendekap pinggang Luxira, menempelkan dahinya pada dada pria itu. posisi mereka berdiri berhadap-hadapan. Elish tidak peduli suara gemuruh jantung Luxira. Ia hanya fokus bersembunyi di tempat itu, menyembunyikan dirinya di tempat yang gelap dan sempit. Menyamarkan aroma tubuhnya dengan aroma tubuh milik Luxira.
“Kau sia...”
“SSSssst.” Elish membuat Luxira terdiam, tidak jadi meneruskan kalimatnya. Ia kini fokus menatap celah, menajamkan telinganya. Para pengejarnya sudah kian dekat.
Elish menahan nafas saat bayangan pengejarnya terlihat dari celah gang sempit itu. Satu, dua, tiga, empat, lima, ada lima orang.
“Gadis penyihir itu tidak terlihat. Aku juga tidak mencium aromanya.” Salah satu pengejar bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Luxira.
“Ke mana ia pergi?” pengejar yang lain bicara.
Luxira hanya menatap puncak kepala Elish, menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Elish hanya setinggi dadanya, membuatnya tidak bisa melihat wajah gadis itu. Tadi saat Elish menarik tangannya dan membawanya bersembunyi di gang sempit itu, ia belum sempat menatap wajah Elish. Kejadiannya memang sangat cepat.
Para pengejar tidak terlalu lama ada di halaman belakang rumah penginapan. Setelah mereka memastikan tidak ada Elish di sana, mereka segera pergi. Takut jika ada manusia yang melihat mereka. Untung saja saat itu tengah malam. Dan semua penghuni penginapan sudah terlelap sehabis berpesta, mabuk. Hanya Luxira yang kebetulan tidak menyentuh alkohol malam itu dan duduk di halaman belakang, mencari udara segar.