IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #4

4

“Lux, apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?”

Deg.

Luxira terkejut dengan pertanyaan Elish.

Luxira memaksakan senyum. “Tentu saja tidak.”

“Entah mengapa aku merasa nyaman berada di dekatmu, padahal kita baru saja saling kenal.” Elish memandangi air mancur lagi. “Apa mungkin di kehidupan sebelumnya?”

Sunyi sesaat.

“Kau percaya reinkarnasi?” Luxira mendekat ke arah air mancur. Menadahkan satu tangannya, menyentuh air.

“Tentu saja. Aku percaya bahwa dunia ini lebih misterius dari apa yang kita bayangkan.” Elish mengikuti Luxira, menadahkan tangannya, menyentuh air yang jatuh.

Mereka mulai terdiam masing-masing. Juga sibuk dengan fikiran masing-masing. Luxira mundur perlahan dari area air mancur dan duduk di bangku yang ada di taman itu. Membiarkan Elish yang masih takjub dengan air mancur, dan berjalan mengelilingi kolam teratai.

“Apakah takdir itu memang benar? apakah aku ditakdirkan bersama Elish?” Luxira bertanya pada dirinya sendiri dalam hati. “Semua ini tidak mungkin kebetulan bukan?”

###

Dua hari telah berlalu sejak Elish dan Luxira ke taman air mancur. Selama dua hari itu Elish pergi kemana-mana sendiri, karena Luxira ada urusan. Ternyata Luxira adalah pengusaha kain di ibu kota. Ia pergi ke desa atau kota kecil ini selain untuk liburan dan melihat festival, tujuan lainnya ialah untuk menemui distributor kain dan pelanggan-pelanggan setianya. Ia survey lapangan untuk mengembangkan usahanya.

Luxira bercerita pada Elish mengenai pekerjaannya saat berada di taman air mancur malam itu. Ya, mereka di taman hingga malam. Luxira sengaja ingin menunjukkan keindahan taman itu di malam hari. Air mancur yang meliuk-liuk bersinar. Kolam teratai yang memancarkan warna-warni indah. Juga lampu-lampu cantik yang dipasang di titik-titik tertentu di antara bunga-bunga. Taman itu gemerlap oleh sinar lampu.

Kini dua hari telah berlalu. Malam ini adalah malam purnama, Elish ingin pergi ke pinggiran danau. Biasanya saat purnama, tidak ada prajurit Elfear yang mendekat ke wilayah manusia, karena para Elfear akan melakukan ritual do’a kepada roh leluhur. Jadi Elish ingin sedikit mengintip keadaan jalan yang akan ia gunakan untuk pulang. Ia akan membuat rencana bagaimana ia akan kembali ke Green Ocean, diam-diam.

Elish menunggangi kuda hitam itu kembali. Beberapa hari ini memang Elish menyewa kuda tersebut. Kartu VIP yang dipesankan Luxira untuknya memang sangat berguna. Malam ini sang penjaga kandang penyewaan kuda memberi syarat agar Elish mengembalikan kudanya sebelum jam 10 malam.

Elish memacu kudanya menuju danau. Sampai di penginapan tempat Luxira menginap, ia berhenti sejenak. Mencari jalan yang bisa dilalui kudanya. Beberapa hari yang lalu saat dikejar prajurit Elfear, Elish berlari asal dan menerobos padang bunga dekat penginapan itu. Tentu saja kali ini Elish tidak bisa membawa kudanya menerobos padang bunga.

Setelah beberapa saat mencari, Elish menemukan jalan setapak yang mengarah turun, melewati padang bunga, padang ilalang, langsung menuju danau. Jalan itu tidak lebar. Hanya bisa dilalui satu kuda.

Elish membawa kuda tersebut sampai padang ilalang saja. Menyuruh kudanya untuk menungu di sana. Kuda tersebut mengerti maksud Elish. Kemudian gadis itu berjalan pelan dan hati-hati mendekat ke danau. Mata dan telinganya fokus.

Sesekali Elish mengecek belati kecil yang tersemat di pinggangnya, memastikan jika ia tidak lupa membawanya.

Sesaat, ia terpana melihat pantulan bulan purnama di air danau. Bulan yang bulat sempurna itu memiliki pendar yang cantik di air. Namun Elish segera sadar, tujuan utamanya pergi ke danau bukan untuk menikmati suasananya. Ia menghembuskan nafas berat dan kembali fokus.

Sunyi ....

Elish tidak memiliki indra penciuman yang tajam seperti para prajurit Elfear, jadi ia tak bisa mengetahui keberadaan mereka dengan indra penciumannya. Namun indra pendengar Elish tajam, karena itulah memang kelebihan seorang Elfear.

Tidak ada tanda-tanda ada prajurit Elfear di dekat danau itu. Pun ketika Elish mendekat ke pinggiran hutan. Sepertinya memang tidak ada prajurit yang berjaga di dekat situ. Elish memberanikan diri sedikit masuk ke hutan. Bukan melalui jalan yang sama ketika ia dikejar oleh prajurit Elfear. Ia mencari jalan lain. Elish yang terbiasa berada di hutan cukup mudah untuk mengenali dan mencari jalan baru. Ia lebih familiar dengan hutan daripada perkampungan manusia.

Setelah Elish memastikan keadaan benar-benar aman, ia memejamkan matanya dan berbisik “Grace.”

Tak lama terdengarlah suara tapak kaki kuda yang mendekat. Elish waspada, memegang belati di pinggang. Siap untuk menghunusnya jika bahaya datang. Jantunganya berdetak sedikit cepat. Ia berusaha menenangkan diri. Saat ini ia sedang bersembunyi di balik pohon yang dikelilingi semak-semak. Bersembunyi, mengamati.

Dan, kuda putih itu datang. Sangat cantik. Berkilau diterpa cahaya rembulan yang menelusup masuk melalui celah dedaunan.

“Grace.” Elish berkata pelan, tersenyum. Keluar dari persembunyiannya.

Elish mengulurkan tangannya dan kuda putih itu mendekat. Gadis itu mengelus kepala Grace. “Aku sangat merindukanmu.” Ia bicara dalam bahasa Elfear.

Lihat selengkapnya