Srak.....
“Ah.....” Elish merintih tertahan.
Luxira menengok ke arah Elish, cemas. Ia melihat sekelebat anak panah yang mengenai lengan Elish. Hanya sedikit menyerempet lengan Elish. Anak panah itu jatuh ke tanah beberapa meter di dekatnya.
“Lari Lux. Tidak ada waktu.” Elish mendesak. Mereka tidak bisa berlama-lama di sana.
Luxira segera memacu kudanya. Elish tepat ada di belakangnya. Satu anak panah lagi melesat, kali ini Elish bisa menghindarinya. Ia bermanuver ke samping. Gerakan Elish cukup lincah.
Tepat di pinggiran hutan ada dua prajurit Elfear yang menarik busur panahnya. Berharap salah satu anak panah yang ditembakkan mengenai Elish. Namun Elish berhasil kabur. Dua prajurit Elfear itu tidak membawa kuda. Karena ada ritual do’a, mereka tidak diperbolehkan bertugas membawa kuda agar tidak menimbulkan kebisingan. Mereka sebenarnya sudah mengetahui kedatangan Elish dari awal Elish masuk ke hutan. Namun jarak mereka yang cukup jauh, membuat mereka telat untuk mengejar gadis itu. Beruntunglah Elish karena masih bisa lolos.
“Kau terluka?” Lux turun dari kuda dan mendekati Elish.
Mereka sekarang sudah berada di tengah perkampungan. Berada di area yang cukup sepi. Luxira mengulurkan tangan pada Elish, agar gadis itu turun dari kudanya.
Elish menyambut uluran tangan tersebut. “Sebenarnya tidak cukup parah.”
Luxira mengamati lengan Elish yang terluka, memang sepertinya tidak cukup dalam.
“Anak panahnya juga tidak beracun, jadi ini bukan masalah serius.”
“Bagaimana kau tahu jika tidak beracun?”
“Aku seorang pemburu Lux. Aku tahu jenis-jenis racun yang digunakan bangsa Elfear. Aku bisa merasakan jika anak panahnya tidak beracun.”
Luxira mengeluarkan sapu tangan dari kantong bajunya. Untungnya ia selalu membawa benda itu kemana-mana. Ia membebatkan sapu tangannya pada lengan Elish.
“Lukamu harus segera diobati.”
“Aku punya obat-obatan di penginapan. Kemarin aku membelinya dari seorang Elfear yang kutemui di pasar.”
Memang banyak Elfear yang menjual jenis obat-obatan herbal di pasar. Mereka tidak memiliki lapak. Hanya menjualnya sambil lalu. Elish sudah hafal karena terkadang ia juga menjual obat-obatan atau tanaman herbal. Untung saja kemarin Elish terfikir untuk membelinya.
“Aku antarkan ke penginapan, kubantu untuk mengobatinya.”
Elish mengangguk.
###
Di penginapan Elish, ada halaman belakangnya. Ada teras di halaman belakang itu dan juga taman kecil. Ada beberapa meja dan kursi. Halaman itu tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu kecil.
Sudah ada dua orang yang duduk di kursi teras. Saat berjalan di lorong menuju halaman belakang tersebut, Elish dan Luxira bisa mendengar percakapan samar dari kedua orang tersebut. Luxira merapikan rambut Elish untuk menutupi telinganya yang terlihat. Elish sempat berjengit kaget. Luxira hampir mengatakan ‘maaf’ namun urung saat melihat senyum Elish. Gadis itu seolah mengatakan ‘terima kasih.’ Elish tadi mengenakan jubah bertudung. Namun sudah ia lepas ketika ke kamar mengambil obat.
Ketika Elish dan Luxira mengambil duduk di teras, dua orang yang sedang mengobrol itu sempat memperhatikan mereka sebentar. Setelah itu mereka tidak peduli.