“Tidakkah kau di sini lebih lama?” Elish memegang lengan ibunya.
“Tidak bisa. Setelah acara puncak ini selesai, para prajurit akan mulai berpatroli. Nikmatilah acaranya. Ingatlah, selama kamu berada di antara banyak manusia, kau aman. Tapi tetap waspada, terkadang ada juga prajurit yang ditugaskan untuk menyusup.”
“Kita masih bisa bertemu kan?”
“Tentu saja.” Aerin melepaskan genggaman tangan Elish. “Aku menyayangimu.” Ia mengelus kepala Elish dengan lembut.
Elish mengangguk lemah.
“Tolong jaga putriku.” Kalimat itu Aerin katakan pada Luxira dengan sangat tulus. Ia benar-benar berharap Luxira mampu menjaga Elish.
Luxira mengangguk mantap. Ia pasti melakukannya.
Kemudian Aerin pergi, menyibak kerumunan. Sosoknya hilang ditelan keramaian.
Sebenarnya, Luxira tidak mengerti mengapa Aerin harus pergi ketika acara bahkan belum selesai. Namun ia menunda untuk bertanya. Ia tidak ingin semakin membuat suasana hati Elish memburuk.
Kupu-kupu bersayap cahaya mulai terbang di atas bunga-bunga. Di pinggiran hutan tersebut memang tumbuh bunga-bunga liar, membentuk taman alami yang cantik. Walaupun itu liar, namun pemerintah sepertinya berusaha untuk melindunginya agar bunga-bunga tersebut tidak tersentuh oleh tangan-tangan jahil. Itu juga didukung oleh kesadaran masyarakatnya yang tinggi untuk tidak merusak alam. Taman bunga memang kebanggaan kota kecil tersebut.
Tidak hanya kupu-kupu, dari beberapa arah hutan, muncul juga serangga taman lainya. Ada capung, kepik, juga kunang-kunang. Semuanya memiliki cahaya yang secara alami memancar dari tubuh atau sayap mereka. Itu adalah pemandangan yang luar biasa. Sebenarnya ini bukanlah pemandangan asing bagi Elfear. Namun melihatnya di wilayah para manusia, tentu ini menjadi hal yang tidak biasa.
Serangga-serangga bercahaya itu terlihat seperti menari-nari di atas bunga-bunga. Musik yang dimainkan sengaja diselaraskan dengan gerakan para serangga, menjadi harmonis. Elish merasa terhipnotis dengan pemandangan di depannya. Sejenak lupa akan perpisahan dengan ibunya barusan. Walaupun kesedihan itu akan segera kembali.
Semua penonton terdiam, mungkin mereka juga sedang menahan nafas. Menantikan hal apa yang akan terjadi di depan mata mereka. Elish merasakan genggaman tangan Luxira menguat. Ia sempat melirik sekilas. Juga mengamati wajah Luxira sejenak. Pria itu sedang mengamati pertunjukan alami oleh para serangga dengan mata berbinar.
Gerakan terbang serangga-serangga itu seperti sebuah tarian yang sangat teratur, membentuk pola. Saat kaki-kaki halus mereka menyentuh bunga-bunga, bunga itu mulai mengeluarkan cahaya. Sangat ajaib. Seperti ada bola lampu di dalam kelopak bunga yang sengaja dinyalakan, bersinar. Semua penonton terdiam dengan mata terbelalak dan mulut menganga, takjub. Elish yang sudah terbiasa melihat pemandangan ini pun tetap takjub melihatnya.
Satu persatu, hingga semua bunga pada akhirnya bercahaya. Terang, berwarna-warni, sangat indah. Serangga-serangga itu terbang tinggi setelah semua bersinar. Menari di udara, terbang lebih tinggi dari pepohonan. Semua mata mengikuti gerakan mereka. Mereka seperti membentuk formasi penutupan. Kemudian terbang menukik rendah menuju bunga-bunga. Mengitari bunga-bunga itu sebentar, dan kembali terbang menuju hutan. Sebelum serangga-serangga itu hilang tertutup pepohonan, semua penonton bertepuk tangan. Sorak sorai terdengar meriah. Uvoria ini begitu luar biasa bagi Elish. Andai tidak ada beban di hatinya, ia mungkin akan sangat bahagia sekarang.