Rosella, dengan gaun merahnya yang didesain sangat cantik, berjalan mendekat ke meja mereka.
Mata Luxira sempat mengamati gaun yang dipakai Rosella sekilas. Mata itu bergerak sangat cepat, bahkan si pemakai gaunpun tak sempat menangkap gerakan bola mata itu, namun Elish melihatnya.
“Aku sangat suka kain berkualitas tinggi yang kau hadiahkan padaku ini.” Rosella menjinjing bagian rok gaunnya, tangannya bergerak anggun ke depan dan belakang agar bagian roknya berayun, memamerkannya pada Luxira.
‘Dia ingin pujian dari Lux.’ Elish memperhatikan. Tak sadar memberikan ekspresi tak suka.
“Terlihat cantik untukmu.” Luxira tak sempat memilih kata.
Elish mendecak dalam hati.
Rosella yang dipuji tampak bahagia. Ia tersipu.
Sedetik kemudian.
“Oh. Telingamu. Kau Elfear?” entah kenapa suara Rosella sedikit lebih keras dibanding ketika ia berbicara pada Luxira tadi. Seperti sengaja agar orang lain mendengarnya.
Elish segera merapikan rambutnya, menutupi telinganya lagi. Namun orang-orang di tempat itu sudah menoleh dan melihatnya. Sebenarnya ini tak masalah bagi Elish. Toh di tempat itu juga bukan hanya dirinya yang seorang Elfear. Namun mendengar kalimat tersebut keluar dengan lantang dari Rosella membuat ia sebal.
“Pantas saja kau terlihat sangat cantik. Kulitmu juga sangat bagus. Karena memang kau bukan manusia.” Rosella masih menggunakan suara yang sedikit keras.
Membuat orang-orang di meja lain kembali memperhatikan Elish.
Elish tidak mengatakan ‘terima kasih’ pada kalimat pujian yang dilontarkan Rosella. Karena memang sebenarnya itu bukan kalimat pujian.
“Tentu saja.” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Elish.
“Mau pulang sekarang?” Luxira bertanya pada Elish.
Yang ditanya mengangguk.
“Aku dan Elish mau pulang dulu. Kau tadi ke sini dengan siapa?” Luxira berkata sambil beranjak dari duduknya.
“Dengan teman-temanku. Mereka menunggu di luar.” Ada nada kecewa di sana.
“Oh syukurlah.”
Elish mengenakan kembali jubahnya yang tadi ia lepas. Rosella juga akan melakukan hal yang sama. Ia tadi menyampirkan jubahnya pada lengan kirinya. Namun entah ide dari mana, Rosella sengaja menjatuhkan jubah itu ketika akan memakainya.
Luxira dengan reflek mengambi jubah tersebut dari lantai. Mengibaskannya sedikit untuk membuang debu yang menempel. Kemudian membantu Rosella memakainya, menaruhnya pada pundak gadis itu.
Rosella tersenyum puas. “Terima kasih.”
Elish yang muak mengumpat dalam hati.
Di luar, kedua teman Rosella sudah menunggu, seperti yang ia katakan tadi. Luxira menyempatkan diri menyapa mereka sebentar. Tidak dengan memperkenalkan diri. Hanya memberi senyum dan salam dengan sedikit menundukkan badan. Elish melakukan hal yang sama, untuk menghargai mereka.
Rosella sudah akan memperkenalkan Luxira pada teman-temannya, namun Luxira terlebih dahulu berpamitan.
“Kami pergi lebih dulu.” Luxira meraih tangan Elish, menggandengnya, kemudian menunduk memberi salam pada Rosella dan kedua temannya.
Gerakan kecil itu sungguh memberikan makna yang besar. Membuat Rosella dan kedua temannya tahu, bahwa Luxira memang memiliki hubungan yang spesial dengan Elish.
###
Luxira dan Elish berjalan menuju tempat penitipan kuda. Sebenarnya ada rasa bersalah yang menggantung di hati Luxira mengenai kejadian tadi. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun kalimat itu tidak kunjung keluar dari mulutnya. Baru kali ini sulit sekali mengatakan kata ‘maaf’. Ya, Luxira ingin meminta maaf pada Elish mengenai kejadian tadi. Tapi ia sangat ragu, apakah permintaan maaf mejadi hal yang tepat saat ini?
“Lux.” Elish berhenti berjalan. Membuat langkah Luxira juga tertahan, karena ia masih menggenggam tangan Elish.