Saat malam mulai larut, Luxira pergi ke kamar Michael yang lampunya masih menyala. Ia tahu Michael selalu tidur lewat tengah malam. Luxira mengetuk pintunya pelan, khawatir yang lain akan mendengar dan terganggu. Tidak lama Michael membukakan pintunya.
“Bisa bicara sebentar?” tanya Luxira.
Michael mengangguk. Ia tahu apa yang akan Luxira bicarakan dengannya. Mereka turun ke lantai satu agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
“Kau ingin menanyakan botol kecil yang aku ambil dari kantong pelana Grace?” Michael meremas jarinya sendiri. Ia sebenarnya takut jika Luxira marah.
Luxira mengangguk. “Bisa kau kembalikan?” Luxira mengulurkan tangannya.
“Maafkan aku. Jujur saja aku tidak berniat sama sekali mengambil benda itu. Awalnya aku hanya melihatnya karena penasaran, kemudian aku taruh di tasku karena takut benda itu akan jatuh saat Grace berlari.”
Luxira masih mendengarkan tanpa menyela. Ia cukup sabar. Tapi kini ia telah menurunkan tangannya yang tadi terulur.
“Saat aku berhenti sebentar untuk buang air kecil di pinggiran hutan, ada seseorang yang tiba-tiba menghampiriku, dan merebut benda itu. Ia tak mengatakan apapun, tapi ia menyodorkan bilah kecil ke leherku. Aku terpaksa membiarkannya membawa benda itu begitu saja. Orang itu memakai pakaian hitam dan jubah hitam”
Luxira mengernyit. Mambaca mata Michael. Mencari kebohongan di sana. Tapi ia tak menemukannya. “Kau tidak sedang mengarang cerita?”
“Sungguh aku mengatakan yang sebenarnya.” Kalimat itu terdengar jujur.
“Lalu kenapa kau tidak langsung mengatakannya pada Elish?” Luxira masih mencoba mengorek sesuatu.
“Aku bingung harus bilang apa padanya. Aku fikir jika ada orang lain yang mengiinginkan benda itu, berarti benda itu cukup berharga. Jadi aku sangat menyesal saat kehilangannya, aku juga takut untuk meminta maaf pada Elish.” Michael menunduk. Penerangan yang remang-remang di ruangan itu membuat ekspresi wajah Michael tidak terlihat jelas.
Luxira mengernyit. Merasa ada yang janggal. Tapi ia tak boleh menyudutkan Michael.
“Kau tetap harus minta maaf pada Elish.”
“Aku akan meminta maaf padanya besok. Aku juga akan menjelaskan kejadiannya seperti apa. Aku juga minta maaf padamu.” Michael kini menatap mata Luxira, penuh penyesalan.
Luxira menepuk pelan pundak Michael. Kemudian naik ke lantai dua, menuju kamarnya.
.
.
Pagi harinya, Luxira bangun lebih pagi dari biasanya. Ia menghampiri Robert yang sedang memasak di dapur, lantai dua.
Robert adalah koki andalan di sana. Ia yang selalu bertugas untuk memasak. Kemudian yang bertugas membersihkan dapur serta cuci piring adalah Alex, dibantu siapapun yang sedang ingin membantu. Tugas tersebut terbagi begitu saja. Mereka menjalankan tugas dengan suka rela. Jika Robert tidak memasak, mereka akan memesan makan atau pergi makan di luar. Tidak ada perdebatan perkara masak-memasak.
Sementara untuk bersih-bersih, tugas tersebut diambil oleh para perempuan. Dari 10 karryawan Luxira, 4 diantaranya adalah perempuan. Kamar mereka ada di lantai 3. Ya, lantai 3 untuk perempuan, dan lantai 2 untuk laki-laki. Untuk bersih-bersih, mereka berempat berbagi tugas, tidak usah kujelaskan.
Kembali pada Robert yang sedang memasak dan Luxira menghapirinya.
“Tumben sekali kau bangun sangat pagi.” Robert hanya melirik sebentar pada Luxira. Ia fokus dengan omeletnya.
“Ada yang ingin kutanyakan.” Tanpa basa-basi, dan sedikit berbisik.
Robert segera mematikan kompornya, tahu bahwa Luxira ingin berbicara serius.
“Apa kau melihat Michael mengambil sesuatu dari kantong pelana Grace?”