“Sebenarnya menjadi terisolasi itu hal baik atau buruk? karena menurutku bukankah lebih baik seperti itu? sejak awal bukankah berbahaya untuk berinteraksi dengan manusia?” tanya Elish setelah cukup merenung.
Vero tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia merapikan roknya sebentar sebelum menjawab. “Kau tahu peran para peri yang sebenarnya Elish?” bukan sebuah jawaban, justru Vero balik memberikan pertanyaan.
Elish terdiam. Ia tak memiliki jawaban.
“Keseimbangan alam?” Luxira mencoba menebak.
Vero menjentikkan jarinya, “keseimbangan alam. Para peri memiliki tugas untuk menjaga keseimbangan alam. Ketika manusia berniat merusak, maka para peri akan memperbaiki.”
“Lalu jika para peri memutuskan untuk mengisolasi dunia mereka, bukankah itu artinya mereka kehilangan peran besar mereka terhadap dunia?” Elish bertanya dengan antusias penuh. Dibenaknya ada begitu banyak tebakan gambaran akan dunia peri saat ini.
“Entahlah. Aku sendiri tidak tahu. Tapi menurutku, dengan para tetua Elf yang menjaga pintu itu dengan baik sampai saat ini, itu artinya peran para peri terhadap keseimbangan alam dunia masih ada. Walaupun mungkin ada banyak batasan. Mungkin walaupun mereka mengisolasi dunia mereka, bukan berarti mereka benar-benar kehilangan peran penting. Yah walaupun memang sudah tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Katakanlah jika para peri dahulu bisa bekerja dengan kekuatan 100%, sekarang mereka hanya memiliki sekitar 20% saja.”
Penjelasan dari Vero itu tidak benar-benar membuat Elish mengerti, namun setidaknya ia mengerti garis besarnya.
“Dan mungkin ini yang membuat alam saat ini kehilangan keajaibannya. Dahulu banyak sekali tumbuhan atau hewan-hewan ajaib. Saat ini semua yang ada di dunia manusia musnah. Alam kehilangan keajaibannya,” kata Luxira.
“Yah, kurang lebih seperti itu,” Vero mengangguk-angguk.
Sebelum Luxira undur diri karena sudah lewat tengah malam, ia memberikan satu pertanyaan. “Mengapa kau tidak kehilangan ingatanmu sama sekali setelah bereinkarnasi?”
“Mungkin itu adalah hadiah terakhir yang diberikan sang bunga api padaku. Bagaimanapun, bunga api adalah pemilik kekuatan besar. Sebelum ia mati, ia butuh menyalurkan kekuatannya. Maka ia memberikan kekuatan itu untukku. Membuatku pada akhirnya bisa bereinkarnasi dan tidak kehilangan ingatan tentang kehidupanku sebelumnya. Ah, apa aku sudah mengatakan jika sebenarnya para peri yang mati tidak bisa bereinkarnasi?”
Elish dan Luxira sama-sama terdiam, menunggu Vero melanjutkan.
“Hanya para peri yang mati karena sesuatu yang istimewa, yang membuat mereka bisa bereinkarnasi. Aku sudah katakan kan jika peri itu tidak dilahirkan, melainkan tercipta begitu saja oleh kekuatan alam. Jika mereka mati, atau lebih tepat dikatakan musnah, maka mereka akan melebur seperti udara, hilang begitu saja.” Vero menangkupkan kedua tangannya dan menggerak-gerakkan jarinya. “Jadi pertanyaanku, mengapa Narama bereinkarnasi?” Vero menatap Luxira menyelidik.
Luxira mengedikkan bahunya. Ia sudah berdiri, bersiap berpamitan. “Aku tidak bisa menjawabnya. Karena aku tidak memiliki ingatan apapun mengenai kehidupanku dahulu.”
Setelah itu Luxira berpamitan. Ia bilang akan menyewa kamar. Ia memutuskan tidak akan pulang karena sudah lewat tengah malam. Lebih baik ia ikut menginap di penginapan itu.