Paginya, Luxira memutuskan untuk tidak berangkat bekerja. Itu keputusan bagus, karena hari ini Vero ingin mengajak Elish dan Luxira untuk membahas tentang rencananya. Setelah sarapan, mereka pergi ke kafe dekat penginapan. Memilih tempat duduk yang sedikit jauh dari orang-orang.
Vero pagi itu sudah meminum ramuannya, jadi penampilannya sekarang terlihat sama dengan manusia. Dan yang pasti tidak berubah adalah aura Elfnya, ia tetap terlihat mempesona.
Elish yang tidak meminum ramuan apapun tetap memastikan rambutnya menutupi telinganya yang runcing.
“Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena melibatkanmu Lux,” Vero membuka percakapan. Tangannya tertangkup pada cangkir kopi. Cuaca cukup dingin pagi ini.
“Tak perlu meminta maaf,” jawab Lux santai.
“Tidak, tunggu, melibatkan Lux?” tanya Elish bingung. Sebenarnya Elish tahu jika niat mereka berkumpul pagi ini adalah untuk membicarakan tentang rencananya dan Vero yang akan menghadapi tetua Elf bersama. Tadi saat di penginapan, mereka sempat membicarakan tentang hal itu. Tapi Elish tidak tahu jika Vero akan mengajak Luxira untuk turut terlibat.
“Iya,” Vero menjawab dengan bingung. “Bukankah kau sudah tahu?”
“Aku kira ini hanya tentang kita berdua saja.”
“Lux sudah terlanjur terlibat Elish. Jadi kenapa tidak ikut sekalian?”
Elish ingin mendebat, namun berhenti karena Luxira menyentuh tangannya.
“Aku akan ikut dengan kalian,” kata Luxira mantap.
“Tapi kenapa? Kau tidak ada hubungannya dengan ini semua. Tidak, maksudku, aku tidak ingin melibatkanmu dengan bahaya yang akan terjadi.”
“Mungkin sudah saatnya aku menunjukkan sesuatu pada kalian. Tapi tidak bisa di sini. Aku butuh ruang terbuka.” Kata Luxira.
Mata Luxira menatap mantap ke mata Elish. Elish tidak menghindar, ia justru melihat kedalaman tatapan mata Luxira. Ia ingin tahu apa yang sedang difikirkan oleh pria itu.
Vero tersenyum, menyeruput kopinya. Sepertinya ia sudah bisa menebak apa yang akan ditunjukkan oleh Luxira.
“Jadi, harus pergi ke mana kita untuk melihat apa yang akan kau tunjukkan itu?” Vero meletakkan cangkir kopinya. “Dan, berarti kau sudah mengerti garis besar mengenai rencanaku bukan?”
“Tentu saja. Kau ingin menghadapi mereka bukan?” Luxira memang sudah bisa menebaknya. Ia tahu tentang Elish yang diburu oleh prajurit Elfear, karena Elish sudah menceritakannya. Dan ia tahu juga bahwa Vero juga buronan, karena ingatan akan masa lalunya yang utuh. Tetua Elfear pasti ingin mengetahui banyak hal dari Vero. “Ada tempat latihan yang biasa kugunakan. Jika aku menyewa sedikit area, mungkin tidak akan ada orang lain yang melihatnya nanti.”
Kening Elish berkerut. Ia mencondongkan badannya lebih dekat ke arah Luxira. Pria itu sedikit menegang. “Kau memiliki kekuatan spesial?” Elish berbisik, namun masih bisa didengar oleh Vero.
“Katakanlah seperti itu,” jawab Luxira setelah mengatur nafasnya.