Dua orang Elf dengan paras yang rupawan duduk berseberangan. Mereka tidak saling bicara sejak beberapa waktu yang lalu, Boo dan Dann. Rahang mereka sama-sama mengeras, seperti menyimpan amarah dan ingin bertarung. Mereka berdua memang tidak akur, itu bukanlah sebuah rahasia lagi.
Boo adalah kepala prajurit Elf. Sementara Dann adalah kepala prajurit bayangan Elf. Tidak ada yang pernah tahu awal mula mereka bermusuhan. Boo menganggap bahwa pekerjaan Dann adalah pekerjaan kotor. karena Boo tahu bahwa Dann sering kali mengerjakan pekerjaan illegal yang diperintahkan tetua Je. Sementara Dann tidak pernah merasa bahwa ia melakukan sebuah kesalahan. Mengetahui bahwa Boo selalu memandangnya rendah, Dann marah. Ia merasa bahwa Boo terlalu sok suci.
Dan faktanya, tetua Je tidak menyukai Boo. Karena Boo tidak pernah mau mengerjakan sesuatu yang dianggap menyimpang dari peraturan Elf.
Tidak ada ratu atau raja Elf. Tapi sampai sekarang, ada 5 tetua yang berkuasa. Salah satunya adalah tetua Je, yang bertugas sebagai tetua prajurit Elf atau tetua penjaga keamanan. Jabatan tetua sendiri tidak diturunkan atau dipilih. Melainkan benar-benar dihitung dari usia. Siapa yang paling tua diantara para Elf. Dan hanya 5 orang yang paling tualah yang disebut Tetua.
Setiap tetua tentu memiliki peran dan tugas masing-masing. Tetua penjaga keamanan, keindahan, keajaiban, hubungan antar bangsa, dan tetua hubungan permasyarakatan.
Sejak terisolasinya dunia para peri, hanya tetua hubungan permasyarakatan yang sudah berganti. Tetua yang lain masih sama. Tetua hubungan permasyarakatan yang dulu ikut berdiskusi dengan Ratu Renata, sudah mati. Elf bukanlah makhluk abadi seperti para peri. Jadi saat mereka memasuki usia tertentu, mereka juga bisa mati. Namun memang masa hidup Elf jauh lebih panjang berkali lipat dibandingkan manusia.
Kembali pada Boo dan Dann yang duduk berseberangan tanpa suara.
Akhirnya mereka berdua berdiri dan menyapa Tetua Je yang baru datang. Ya, mereka berdua memang dipanggil oleh Tetua Je untuk mendiskusikan sesuatu. Sebenarnya ini adalah situasi yang sangat langka. Tetua Je tahu jika hubungan antara Boo dan Dann tidak biak, maka ia selalu memanggil mereka berdua secara terpisah. Tapi kali ini ia memanggil mereka bersamaan. Itu tandanya ada sesuatu yang sangat penting.
“Duduklah,” suara berat dan serak Tetua Je terdengar berwibawa.
Berbanding terbalik dengan suaranya yang terdengar berwibawa, sebenarnya fisik Tetua Je sudah sangat renta. Wajahnya penuh dengan keriput. Badannya yang dulu besar dan tegap, sekarang sudah kurus dan sedikit bungkuk. Berjalanpun ia sudah menggunakan tongkat. Wajar saja, usianya sudah tak terhitung, seribu tahun lebih. Yang tersisa dari masa mudanya hanyalah suaranya yang tak pernah berubah. Suaranya masih sama dengan ketika ia muda dulu.
Sama seperti Tetua Je yang tak menyukai Boo. Begitupun sebaliknya. Namun Boo tetap harus tunduk hormat, karena Tetua Je tetaplah tetua. Ia tahu jika Tetua Je memanggilnya hanya untuk tujuan keserakahan pribadinya saja. Boo tahu, jika Tetua Je mendambakan kehidupan abadi.