IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #31

31

Hari berikutnya, mereka latihan di pagi hari. Saat matahari belum sempurna naik. Embun pagi masih tersisa di rerumputan.

Vero menghela nafas panjang, sambil memejamkan matanya. Menikmati udara pagi. Elish memulai dengan pemanasan. Yang kemudian diikuti oleh Vero.

Walau Luxira hanya akan menonton, namun ia juga ikut melakukan pemanasan. Ia harus melemaskan otot-ototnya.

Elish dan Vero melakukan gerakan pemanasan yang hampir seirama, dan gerakan yang sangat mirip. Membuat mereka berdua terlihat seperti menari bersama. Luxira memperhatikan sambil tersenyum. Menurutnya itu sangat menarik.

Elish mulai mengeluarkan bilah kecilnya yang tadi ia sematkan di pinggang. Ia biasa menggunakan bilah itu untuk mengambil tumbuhan herbal, semalam ia sudah membersihkannya. Ia mengeceknya sekali lagi, apakah bilah tersebut sudah dalam keadaan sempurna atau belum.

Vero juga melakukan hal yang sama. Ia mulai berjalan ke tengah area latihan. Yang kemudian diikuti oleh Elish.

Vero menyerang lebih dulu, tanpa aba-aba. Ia menyabetkan bilahnya ke arah Elish dengan gerakan yang cepat. Elish bisa menghindarinya dengan mudah. Sebenarnya, bilah Vero yang bentuknya lebih panjang dibanding milik Elish, itu cukup menjadi keuntungan tersendiri.

Setelah beberapa kali mendapat serangan, Elish mulai balik menyerang. Gerakannya cukup lincah dan cepat. Sama seperti Elish yang pandai berkelit menghindari serangan, Vero dengan mudah melakukannya.

Mereka berdua bertarung dengan cara yang indah. Berputar, menangkis, menyerang, berlari, berkelit, terlihat seperti sebuah pertunjukan. Luxira mengamati dengan takjub. Vero dan Elish memiliki kemampuan yang hampir sama. Justru sekarang Luxira merasa tertinggal.

Setelah waktu berlalu dan sepertinya belum ada tanda-tanda akan ada yang kalah antara Vero maupun Elish, Luxira memutuskan untuk menghentikan mereka yang terlihat mulai kelelahan.

“Kurasa latihan kalian sudah cukup untuk pagi ini!” Luxira berteriak lantang. Karena jika tidak berteriak, suaranya tak akan terdengar.

Vero dan Elish mulai mengambil jarak mundur. Mengatur nafas.

“Kita lanjutkan sore nanti,” kata Luxira sambil berjalan mendekat.

Elish mengangguk. Nafasnya masih tersengal.

“Oh ya Elish, aku berencana untuk memindahkan Grace. Kurasa membiarkannya di sana bukanlah ide yang bagus. Aku tadi sempat bicara pada pengelola tempat latihan ini, katanya ia bisa menyediakan tempat untuk Grace.”

“Itu ide yang bagus. Aku juga khawatir pada Grace karena tempat penitipannya sangat dekat dengan hutan. Aku tahu Grace bisa menjaga dirinya sendiri, namun tetap saja itu membuatku sedikit gelisah,” jawab Elish. kini nafasnya sudah kembali teratur.

Vero mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. “Berikan ini pada Grace. Ini akan membuatnya terlihat seperti kuda putih yang biasa dilihat manusia. Kau tidak perlu lagi memberikan pernak-pernik unik itu padanya. Jujur saja aku tidak menyukainya.”

Iya. Luxira sengaja memberikan aksesoris unik untuk mendandani Grace. Karena jika tidak begitu, Grace akan terlihat sangat berbeda. Kuda putih itu terlihat seperti kuda dari negeri dongeng. Memang saat memakai aksesoris, Grace terlihat semakin mencolok. Namun banyak orang yang memang sengaja mendandani kuda-kuda mereka agar terlihat unik. Kebetulan hal seperti itu memang sedang tren.

Lihat selengkapnya