Tok … tok … tok ...
Suara ketukan di pintu membuat Elish tersentak. Vero langsung waspada. Ia mencium aroma Elf. Alisnya mengkerut. Ini tentu bukan aroma milik Dann. Vero mengenali aroma Dann, si pengejarnya.
Vero awalnya ragu ingin membukakan pintu atau tidak. Namun ia penasaran. Tidak mungkin seorang Elf datang untuk membuat keributan di sini kan?
Tok … tok … tok ...
Ketukan kedua terdengar. Vero berjalan ke arah pintu sambil mengeluarkan bilah miliknya. Tanpa penjelasan, Elish tahu situasinya. Ia ikut siaga dan mengeluarkan bilah miliknya juga.
Tangan kanan Vero memutar gagang pintu, sementara tangan kirinya memegang bilah. Di belakang, Elish mengambil jarak, ia memegang bilah kecilnya dengan kuat.
Klik.
Pintu terbuka, dan dalam sepersekian detik Vero terdorong. Seseorang di balik pintu itu sudah berhasil masuk. Dengan Gerakan cepat ia menyentak tangan Vero yang siap mengayunkan bilahnya. Bilah itu terjatuh.
“Dengarkan aku dulu!”
Suara itu terdengar asing bagi Vero. Walau Vero merasa gelisah, ia coba untuk menuruti perkataan seseorang di balik jubah itu. Elish yang mengamati juga membaca pergerakan Vero. Melihat Vero yang mencoba tenang, maka ia pun seharusnya melakukan hal yang sama.
Seseorang itu mulai menurunkan tudung jubahnya. Wajah yang asing bagi Vero maupun Elish.
“Aku Boo.”
Dengan kalimat singkat itu, Vero langsung tahu siapa dia.
“Panglima pasukan Elf,” kata Vero. Agar Elish yang berdiri di belakangnya mengerti.
“Benar. Aku datang untuk mendiskusikan sesuatu.” Boo menatap Elish yang berdiri 2 meter di belakang Vero.
Ini pertama kali ia menatap langsung wajah Elish. Selama ini ia hanya memberi komando, dan pasukannya yang melakukan pengejaran. Begitupun Elish, ini adalah benar-benar pertama kalinya ia melihat Boo.