IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #34

34

Sesampainya di kota Ieos, Luxira langsung membawa Elish dan Vero ke pantai. Mereka berdua dengan semangat berlarian di bibir pantai. Tidak peduli jika telinga mereka terlihat. Toh di sini tidak asing bagi manusia melihat Elfear. Walaupaun kota Ieos cukup jauh dari hutan dan wilayah Elfear, tempat ini adalah salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal di kalangan Elfear. Kota ini juga pemasok hasil laut ke Green Ocean. Sebenarnya Ieos terkenal di kalangan Elfear juga karena distribusi di bidang perdagangannya. Walaupun begitu, Ieos adalah kota yang sangat asing bagi Elish, ia lebih dekat dengan hutan daripada wilayah manusia. Ia lebih akrab dengan binatang daripada dengan para manusia. Itulah saat ia mengenal Luxira, ia merasakan kehidupan baru yang sangat asing sekaligus mendebarkan baginya. Jiwa berpetualangannya seperti diberi asupan yang cukup.

Bagi Vero, ini juga pertama kalinya ia melihat hamparan laut. Walaupun ia sempat pernah mendengar mengenai pantai, laut dan kota ini, ini adalah pertama kalinya ia melihat secara langsung. Identitasnya sebagai Elf seperti belenggu yang mememjarakannya tinggal jauh di dalam hutan sana. Walaupun ia memiliki kemampuan untuk membuat ramuan untuk merubah bentuk fisiknya, namun pergi jauh ke wilayah manusia tetap saja menjadi sesuatu yang sangat besar yang dia lakukan. Jika bukan karena perseteruannya dengan Tetua Je, ia tak akan pernah pergi sejauh ini.

Elish dan Vero tertawa-tawa saat air laut mengenai kaki mereka. Aroma laut yang terbawa angin memberi efek menenangkan, membuat mereka sejenak lupa dengan permasalahan yang mereka hadapi. Kebahagiaan sebentar ini mereka nikmati dengan penuh suka cita. Walau hanya berlangsung sementara, mereka berharap jika memorinya akan terkenang selamanya.

Setelah lelah, mereka duduk menjeplak di atas pasir. Luxira sedang pergi sebentar untuk membeli minum.

“Sangat berbeda rasanya ketika menikmati pantai seperti ini,” kata Vero, memecah hening di antara mereka.

“Em?” Elish menolehkan pandangan, yang tadi lurus menatap laut.

“Dulu aku pernah pergi ke laut bersama Narama. Tapi rasanya sangat berbeda saat sekarang aku berdiri di atas kedua kaki. Bukan terbang di atas air.” Vero membawa ingatannnya jauh. Mengenang masa yang sudah sangat lama berlalu.

“Apakah memiliki ingatan itu adalah sebuah anugrah? Ataukah …” Elish tak mau meneruskannya. Ia tahu pertanyaannya begitu kasar.

“Tentu melupakannya adalah hal yang lebih baik.” Vero tersenyum. Seperti tidak ada beban apapun. Ia terlihat sangat lapang dada dengan apapun yang ada dalam kehidupannya.

“Lalu, apakah dengan terlibat dengan masa lalumu adalah sesuatu yang baik, atau buruk bagimu Elish?”

“Entahlah. Aku tidak pandai menilai. Karena sejauh ini, sebenarnya tidak ada hal buruk yang kusesalkan dalam hidupku.” Elish juga menyunggingkan senyum.

Luxira datang membawa dua minuman. Miliknya sudah ia habiskan sebelum menghampiri Elish dan Vero.

“Terima kasih.” Elish dan Vero berkata hampir bersamaan.

Lihat selengkapnya