IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #36

36

Masih di malam yang sama, Elish pulang untuk menemui ibunya, sebelum menjalankan rencananya untuk menghadapi pengejarnya. Elish, Vero, dan Luxira hanya tidur sebentar di penginapan dan langsung pergi lagi. Tidak menunggu sampai matahari terbit. Namun saat ia sampai, rumah itu kosong. Ia membuka kamar ibunya, tidak ada siapa-siapa di sana. Rumah tersebut masih sangat rapi, bahkan lampu api yang tergantung di dinding belum padam. Seperti baru saja ditinggalkan. Ada banyak kekhawatiran yang mengganggu fikirannya. Tapi ia berpacu dengan waktu. Ia mengambil kesimpulan cepat. Jika rumah itu masih rapi tanpa adanya tanda-tanda keributan, berarti ibunya tidak diculik, namun pergi bersembunyi ke suatu tempat.

“Tidak ada siapapun di rumah,” kata Elish pada Vero dan Luxira yang menunggu di halaman belakang.

“Apa mereka menculik ibumu?” tanya Vero cemas.

“Kurasa tidak. Tidak ada tanda-tanda keributan. Semuanya rapi.”

Tepat setelah Elish menyelesaikan kalimatnya, Vero menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Memberi kode agar Elish dan Luxira diam.

“Kita harus segera pergi dari sini. Pasukan Elfear dan Elf menuju ke sini,” kata Vero. Ia menjinjing roknya yang sebenarnya tidak panjang, namun masih menganggu pergerakan kakinya. Segera pergi dari halaman rumah Elish, diikuti Elish dan Luxira yang berjalan di belakangnya, tanpa banyak bertanya.

Setelah mereka pergi cukup jauh, akhirnya mereka berhenti di tempat yang lumayan aman dari jangkauan para prajurit.

“Kira-kira kemanakah ibumu pergi?” Luxira membuka percakapan.

Elish turun dari punggung Grace. “Entahlah. Namun aku mendapat pesan jika harus mengambil bilah ke tukang pandai besi. Ibuku meninggalkan pesan.” Ia mengeluarkan selembar kertas berwarna kekuningan dengan tinta merah yang tadi ia sembunyikan di saku roknya.

Elish sempat mengecek laci rahasia di kamar ibunya sebelum pergi tadi. Ibunya selalu menyimpan barang-barang berharga di sana. Dan laci itu dibuat khusus dengan enkripsi DNA. Hanya ia dan ibunya yang bisa membukanya.

“Kita tunggu sampai matahari terbit. Biar Luxira saja yang pergi untuk mengambil bilah itu. Setidaknya ia bisa bepergian di sana dengan sedikit bebas. Nanti kau pinjamkan bilah yang sekarang kau miliki dan catatan yang ditinggalkan ibumu, agar si pandai besi percaya jika Luxira adalah utusanmu.” Vero memberi intruksi dengan tegas.

Elish dan Luxira mengangguk setuju. Di antara mereka, Vero memang bersikap seperti pemimpin. Terjadi alami begitu saja. Dan Elish maupun Luxira bahkan Grace tidak keberatan.

.

Saat matahari sudah naik, dan pasar telah dibuka, Luxira bergegas masuk ke Green Ocean. Ia dengan percaya diri melenggang bersama kuda miliknya. Ia mengenakan jubah untuk menutupi telinganya. Memang manusia banyak yang bepergian ke Green Ocean untuk transaksi jual beli. Namun ia tetap menjaga penampilannya, takut jika wajahnya sudah menjadi incaran prajurit Elfear. Bagaimanapun, dari awal ia sudah bersama dengan Elish dan bergerak bersama dengan gadis itu dan Vero.

Luxira masuk ke salah satu bangunan di pasar dengan dinding kayu. Elish sudah memberikan arahan di mana tempat itu berada, tidak sulit bagi Luxira untuk menemukannya. Tempat itu memang terbuka, memudahkan bagi pengunjung untuk masuk dan melihat koleksi senjata yang dibuat. Bukan senjata illegal pastinya yang terpajang di sana. Beberapa busur panah beserta anak panahnya, terpajang di dinding. Pisau dari ukuran kecil seperti pisau buah, sampai pisau besar seperti pisau daging terpajang di salah satu meja.

Lihat selengkapnya