IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #39

39

Ketika tenggelam dalam suasana karena pemandangan menakjubkan di depan mata, Elish mulai merasakan ada getaran aneh dalam tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang mengalir dalam syaraf-syaraf tubuhnya. Seperti otak yang telah lama melupakan sesuatu, kemudian ada satu hal yang kemudian membangkitkan kenangan lama yang sudah mulai terlupakan. Sesuatu yang membuat sel-sel tubuh Elish seperti terbangun dari tidur panjangnya. Sesuatu itu sejenak sempat membuat jantung Elish berdegup sangat kencang. Kemudian seperti terhenti satu detik. Saat semuanya kembali bekerja normal, justru menimbulkan rasa mual. Elish memegangi dadanya, karena sensasi mual itu sudah naik ke sana.

Vero menyadari sesuatu, tapi tidak mengatakan apapun. Saat itulah Vero merasa sudah waktunya ia memanggil Stella. Ia bersiul.

Melihat hal itu, Dann langsung bersiaga. Juga pasukan bayangan yang tadi bersiaga di beberapa titik mulai bermunculan satu-persatu.

Bersamaan dengan pasukan bayangan yang bermunculan, Stella datang bersama Grace dan Leon. Mereka mengambil posisi di samping tuan mereka masing-masing. Luxira menatap Vero sekilas untuk bertanya lewat matanya, apakah sudah bisa mengeluarkan senjata sekarang. Namun Vero seperti melempar isyarat bahwa sekarang belum waktunya.

Vero sedang menghitung seberapa banyak pasukan bayangan yang harus mereka hadapi sekarang. Mungkin sekitar 30 orang. Itu sudah cukup merepotkan untuk mereka lawan bertiga saja. Dann tidak akan memberi perintah mereka untuk melawan sekaligus bukan? Ini tidak adil.

“Kalian tidak akan menyerang kami sekaligus bukan?” Elish mendahului bertanya. Posisi dia ada di tengah, di antara Vero dan Luxira. ia berdiri satu langkah di depan. Membuatnya terlihat seperti pemimpin. Vero menyukai formasi ini. Daripada bersikap seperti pemimpin, sebenarnya Vero lebih suka mengambil peran sebagai penasehat Elish. Ia yang paling tahu jika Elish sebenarnya memiliki kekuatan yang sangat besar. Jika Elish kebingungan bagaimana menggunakannya, Vero akan dengan sabar memberi petunjuk untuk Elish. Walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar tahu bagaimana cara kerjanya. Namun dari pengalamannya di Fairy Realms dulu, ia lebih dari sekedar tahu.

Dann menyunggingkan senyum tipis yang mengejek.

Tanpa aba-aba, 3 orang pasukan bayangan penunggang kuda, berlari melewati Dann yang memimpin di depan. Berlari kencang bagai angin. Pedang panjang telah siap di tangan mereka. Kilau pedang yang tertimpa cahaya matahari pagi terlihat begitu kuat.

Tanpa aba-aba pula, Vero, Elish, dan Luxira langsung naik ke kuda mereka, yang telah dipakaikan pelana perang yang kokoh. Mereka cepat mengambil senjata dan melepas dari sarungnya. Jika dilihat sekilas, senjata Vero dan Elish yang berupa bilah panjang pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pedang milik pasukan bayangan. Namun jangan salah, setiap senjata yang ada bonding dengan pemiliknya, akan tetap menjadi mematikan walaupun ukurannya kecil.

Satu orang pasukan bayangan tiba di depan Elish dan langsung mengayunkan pedangnya. Ternyata setelah dilihat dari dekat, dia perempuan. Berpostur kecil. Sebenarnya wajahnya terlihat sangat cantik. Namun sorot matanya yang tajam membuatnya terlihat sedikit seram. Aura membunuhnya begitu kuat.

Dengan nalurinya, Elish berhasil menghindari serangan tersebut. Belum sempat berfikir, serangan kedua dilayangkan. Elish kembali berkelit. Serangan kedua, ketiga, keempat. Seolah tidak memberi Elish kesempatan untuk menyerang balik.

Lihat selengkapnya