IF I..... (I'm sorry S2)

Via S Kim
Chapter #40

40

Dann memberi isyarat kepada pasukannya. Kemudian seperti sudah mendapat arahan sebelumnya, 6 Elf maju ke area. Jasad Elf yang gugur telah disingkirkan. Sekarang 1 lawan 2.

Vero tersenyum miring, “Kau menaikkan levelnya?” pertanyaan itu ia tujukan pada Dann tentunya.

Dann tidak memberi jawaban. Ekspresinya sangat serius, namun tatapannya datar.

Kali ini 6 Elf yang maju semuanya laki-laki. Dengan tubuh besar dan kekar.

“Formasi!” Vero memberi aba-aba pelan.

Mereka segera membentuk formasi melingkar, adu punggung. Memang dengan jumlah Elf 6 seharusnya mereka masing-masing bisa menghadapi 2 Elf. Namun dengan memberi jarak satu sama lain, dengan menghadapi pasukan Elf berpostur seperti itu sepertinya akan sulit. Lebih aman jika mereka saling berdekatan, jadi masih bisa membantu sama lain jika ada yang terdesak.

“Elish, membunuh bukan lagi masalah di sini. Kita harus bertahan,” ucap Vero.

Tanpa Vero mengatakannya, Elish sudah mengerti. Tadi ia hanya terkejut dengan apa yang terjadi. Sekarang ia sudah menata mentalnya.

Luxira menatap Elish sekilas. Ia tahu Elish bukanlah gadis yang lemah. Ia mungkin lebih tangguh dari apa yang terlihat.

Beberapa menit berlalu, tidak ada yang menyerang lebih dulu.

“Apa yang mereka tunggu?” tanya Luxira.

“Sepertinya mereka ingin kita yang menyerang lebih dulu,” Elish yang menjawab.

Vero membaca situasi. Membaca satu persatu wajah para Elf tersebut. Menggunakan insting Elfnya yang tajam, ia tahu jika 6 Elf yang ada di hadapan mereka sekarang, bukanlah Elf seperti 3 lawan mereka sebelumnya. Elf yang ini adalah tipe Elf yang bisa menyerap teknik lawan. Mereka akan menyerang setelah tahu seperti apa teknik yang digunakan lawannya.

“Kita turuti saja. Ha…!” Elish dengan cepat menyabetkan bilahnya. Menyerang Elf yang paling dekat.

Tentu saja itu serangan mudah yang bisa dihindari lawan. Bahkan ia sempat menyunggingkan senyum mengejek pada Elish.

Vero melayangkan serangan yang serupa. Begitupun dengan Luxira.

Ada satu hal yang istimewa dari Luxira. Ia memang hanyalah manusia biasa, namun ada satu kekuatan yang ia pegang. Kekuatan yang ditanam di dalam tubuhnya. Kekuatan itu tidak muncul dengan skala yang besar begitu saja. Ia seperti satu titik api yang kian lama kian membesar. Seperti sebuah tanaman yang disiram air kemudian tumbuh besar. Level pertarungan menjadi pemicu membesarnya kekuatan tersebut.

Tidak seperti Elish yang kekuatannya bisa loncat beberapa level hanya dalam waktu singkat, kekuatan Luxira membesar perlahan. Namun yang menjadikannya istimewa adalah. Kekuatan milik Luxira memiliki kecocokan dengan kekuatan milik Elish. Selama Elish masih ada di sana, Luxira tidak akan pernah mati.

Pertarungan pedang berlangsung cukup sengit. Denting pedang yang saling beradu memenuhi area. Cukup membosankan. Pasukan Elf tidak ada yang menunjukkan serangan yang mematikan. Mereka justru terlihat seperti bermain pedang-pedangan. Sementara Vero, Elish, dan Luxira sudah tersengal.

Sebenarnya apa yang mereka tunggu? Begitulah pertanyaan yang ada di benak mereka bertiga.

Elish menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan teknik apapun. Ia sudah bisa merasakan kekuatan yang ada dalam tubuhnya mengalir ke seluruh sel. Ia bisa memahami cara kerja kekuatan tersebut sekarang. Namun ia sebisa mungkin menahan untuk tidak mengeluarkannya. Beberapa saat setelah Vero mengerti strategi lawan, Elish pun mengerti. Ia tidak ingin lawan akan belajar dari teknik yang akan ia gunakan. Tapi ia sekarang juga bosan dengan pertarungan yang sangat membosankan.

Ketika Vero dan Elish berusaha menawan diri, Luxira mulai tidak bisa mengontrol kesabarannya.

Lihat selengkapnya