If They Could Talk

Daniella Meirencya Tandra
Chapter #1

Grand Opening

Saat itu siang hari, sekitar pukul sebelas. Kendaraan berjejer memasuki lapangan parkir yang luas dan mencari posisi parkir yang menurut mereka paling dekat dengan pintu masuk agar tidak perlu berjalan terlalu jauh di bawah panas matahari yang terik. Mereka adalah wisatawan, yang ingin melihat dengan mata kepala mereka sendiri, apakah benar tempat ini begitu luar biasa, seperti yang ditampilkan di berita-berita? Klaim bahwa Balai Satwa akan menjadi kebun binatang paling besar dan indah di seluruh Asia Tenggara telah disiarkan enam bulan sebelum tempat ini resmi dibuka.

Wisatawan dari berbagai daerah dan kota membeludak di hari pertama tempat itu dibuka. Dari luar, eksteriornya memang sudah sangat memikat hati. Gerbang masuknya tinggi dan megah dengan tulisan "Balai Satwa: Pemandangan Fauna Fantastis yang Takkan Terlupakan" terpampang besar untuk menyambut para pengunjung. Para pengunjung kemudian akan menyusuri sebuah jalan lurus yang membawa mereka ke lapangan parkir yang sangat luas. Lapangan parkir tersebut sudah dirancang untuk bisa menampung lima ribu buah mobil dan seribu buah motor. Gedung utama Balai Satwa sangat mencolok dengan desain khas tradisional Indonesia. Dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran yang akrab dengan budaya di Indonesia. Terdapat dua puluh anak tangga yang megah dan dibentuk melebar untuk membawa pengunjung masuk ke dalam gedung utama. Sebelum menjelajah lebih jauh, pengunjung harus terlebih dahulu membeli tiket masuk di meja pembelian tiket yang berada di tengah-tengah ruangan. Di sebelah kiri dan kanan tempat pembelian tiket, terdapat toko oleh-oleh. Toko-toko tersebut menjual berbagai macam buah tangan, seperti boneka, pakaian, topi, camilan, dan masih banyak lagi.

Di dekat pintu masuk, berdiri Pak Laskar dan Bu Ratu, istrinya, yang menggandeng lengan suaminya dengan tangan kirinya. Tangannya yang satu lagi menentang tas berukuran sedang berwarna coklat. Kemeja batik yang dikenakan Pak Laskar terlihat sangat gagah dan mahal, cocok dengan bentuk tubuhnya yang tinggi dan tegap. Bu Ratu mengenakan gaun batik selutut bercorak sama. Rambutnya disanggul tinggi dan rapi. Keduanya tersenyum kepada para pengunjung yang masuk. Sesekali, mengucapkan, "Terima kasih sudah datang. Semoga Anda pulang dengan pengalaman yang luar biasa.".

"Lihat, Ratu, betapa ramainya wisatawan yang datang. Aku sampai merasa agak sesak berdiri di antara mereka ini," bisik Pak Laskar sambil mengelus-elus tangan istrinya yang menggandengnya. Bu Ratu mengangguk setuju. "Luar biasa antusiasme dari orang-orang ini, ya," sahutnya.

Setelah membeli tiket, pengunjung akan diarahkan kepada sebuah lorong kecil yang panjang di sebelah kanan meja pembelian tiket. Dari sana, pengunjung akan memulai petualangan mereka di Balai Satwa. Binatang-binatang darat dari seluruh penjuru dunia akan menyambut para pengunjung.

Pertama adalah berbagai jenis burung yang indah. Ada burung-burung lokal, seperti merak, gelatik jawa, jalak bali, enggang, dan lain-lain. Ada pula burung-burung yang sengaja dikirim dari luar negeri, seperti burung kiwi dari Selandia Baru, elang filipina dari Filipina, Andean-Cock-of-the-Rock dari Amerika Selatan, dan masih banyak lagi. Terdapat setidaknya dua ratus jenis burung di sana. Satu hal yang membuat pengunjung tidak terlalu bosan adalah adanya mesin hologram di depan kandang setiap hewan. Pengunjung yang tertarik dapat menekan tombol di mesin tersebut dan akan keluar hologram dari hewan yang berada di suatu kandang tertentu yang pengunjung lihat. Mesin hologram tersebut kemudian akan menjelaskan asal-usul hewan dan terdapat juga rekaman suara dari hewan tersebut, lho!

Lihat selengkapnya