Jakarta, 2015.
Anna bukan tipe gadis populer di sekolah. Nilainya biasa saja, wajahnya tidak masuk kategori idola, dan gaya hidupnya pun cenderung sederhana. Tapi ada satu hal yang membuat dia berbeda dari kebanyakan siswi lain: keberaniannya menaruh hati pada cowok yang paling dingin seantero sekolah, Rey Agung Pratama; kapten futsal, tinggi, atletis, dan selalu jadi pusat perhatian banyak gadis.
Rani, teman meja Anna sekaligus teman satu SD Rey selalu memperingatkan Anna kalau Rey banyak disukai cewek-cewek dari dulu, tapi jarang yang berakhir bahagia. Semua Rey tolak-tolakin dan Rani khawatir Anna akan jadi yang selanjutnya. Anna menggerutu juga khawatir tapi ia akan tetap berusaha. Anna bergegas membawa kotak kuenya lalu pergi meninggalkan Rani. Rani tanya mau kemana? Anna bilang mau ketemu Rey!
Di lorong sekolah, Anna memberikan kotak kue ke Rey. Tidak langsung menerima, Rey hanya terdiam memandanginya, entah ini pemberian ke berapa yang pernah ditawarkan Anna, siswi kelas lain yang Rey tidak terlalu kenal itu.
Rey bilang, "Makasih, gue gak suka kue." Lalu pergi.
Anna sudah duga Rey akan memakai template jawaban kaya gitu.
"Gapapa, setidaknya dia bilang makasih Ann," ucap Rani sambil makan kue Anna di kelas.
"Kenapa yah dia selalu bilang gak suka sama pemberian gue," gerutu Anna.
"Karena dia gak kenal lu."
"Lu kan udah kenalin gue Ran."
"Iya, tapi dia gak respon, lebih tepatnya gak peduli."
Anna kembali menggerutu.
-----
Anna mendapatkan pin BBM Rey dari Rani. Awalnya Rani juga tidak punya. Karena desakan Anna, akhirnya Rani minta pin BBM Rey langsung dengan mengingatkan kalau mereka satu kelas saat 6 SD. Rey membenarkan karena masih ingat dan tanya untuk apa BBMnya. Rani mau undang ke grup alumni SD. Rey memberikannya. Rani memberikan pin itu pada Anna yang langsung senang banget lalu belikan Rani jajanan.
Anna kirim pesan ke BBM Rey. Rey Balas. Anna teriak senang dan bahagia banget apalagi chat mereka jadi berkelanjutan. Anna tersipu karena mendapati respon Rey di chat dan di dunia nyata sangat berbeda. Rey merespon pesan-pesannya dengan baik dan asik. Ah, Anna semakin kecintaan. Anna bahkan setiap harinya selalu buka beranda BBM Rey untuk memastikan aktivitas Rey. Anna juga selalu reply status Rey demi bisa chating. Anna bahkan sering cari perhatian lewat postingan statusnya yang berisi kode-kodean untuk Rey. Walaupun Rey tidak respon sama sekali.
Sepanjang itu, Rani hanya tersenyum geleng-geleng memperhatikan Anna. Bahkan saat mereka jalan di koridor mau ke kantin. Anna menarik tangan Rani dengan antusias menghampiri Rey dan teman-temannya yang sedang jalan juga.
Anna penuh senyum menyapa Rey, "Halo, kapten Rey!"
Rani tidak percaya melihat tingkat konyol Anna.
Teman-teman Rey saling memandang lalu tertawa mendengar itu.
Rey terlihat risih, "Minggir, gue mau jalan."
Rey melewati Anna. Teman-teman Rey semakin ketawa dengan meledek memanggil Rey, "Tunggu, kapten!"
Anna terdiam sedih karena bukankah sebutan itu menjadi topik candaan mereka di chat. Rey sendiri yang bilang merasa keren kalau dipanggil kapten. Rani mau ketawa tapi tidak jadi saat lihat ekspresi Anna. Rani menenangkan untuk selanjutnya Anna jangan konyol kaya tadi lagi. Anna mau menjelaskan ke Rani tapi sepertinya sulit dipercaya. Andai Rani tahu, ia dan Rey sudah kaya sahabat kalau di chat.
-----
Hari-hari berikutnya, Anna jadi seperti orang kehilangan gairah hidup. Letih, lesu dan banyak melamun. Rani yang melihat itu berpikir pasti karena Rey. Itu kenapa saat Rani tidak sengaja ketemu Rey di koperasi saat antri beli ATK. Rani membahas Anna.
"Temen gue, suka sama lu," ucap Rani.
"Siapa?"
"Anna."
"Oh."
"Lu udah punya pacar yah?"
"Belum."
"Yaudah sama Anna aja."
Rey menghela nafas, "Pantesan yah lu temanan sama dia. Sama-sama berisik."
Rey pergi, tidak jadi beli ATK. Rani terkekeh tidak percaya dan mencibir Rey sok ganteng! Tapi memang beneran ganteng sih.
------
Sekolah sedang ada CUP Ekstrakulikuler. Anna dengan antusias lari ke lapangan karena pertandingan futsal segera di mulai.
Semalam, Rey update status BBM sedang latihan futsal. Anna reply mengirimkan kalimat dan stiker semangat. Rey langsung balas stiker terima kasih serta kalimat "Besok, nonton yah!"
Itulah alasan kenapa Anna mendadak jadi orang pertama yang sampai di lapangan untuk menonton dengan membawa tulisan di kertas sterofom "Semangat, Kapten!"
Rey di lapangan melihat itu, namun tidak ada ekspresi apapun, ia hanya fokus pada latihan saja.
Rani tidak bisa berhenti ketawa melihat itu dan turut senang dalam antusias Anna.
Pertandingan di mulai. Sorak-sorai Anna paling kencang terdengar. Lalu mendadak semakin kencang ketika Rey lari langsung mendorong lawan futsalnya yang menendang kawan timnya.
Semua penonton kaget.
Lawan futsal itu langsung memukul Rey kencang. Suara para siswa ramai terkejut. Pertandingan berubah menjadi aksi anarkis antar tim karena membela tim masing-masing. Panitia langsung maju melerai apalagi saat mendapati wajah Rey penuh darah. Anna panik gemetar melihat dari jauh melihat Rey yang sudah ramai dikelilingi teman-temannya bahkan guru. Rey segera diangkat dan dibawa ke rumah sakit.
Anna buru-buru ajak Rani pergi untuk menyusul menggunakan motor Rani. Namun, saat sampai di rumah sakit, Anna meminta Rani jangan masuk dulu. Rani bingung maksudnya. Anna ajak Rani ke rumah Rey dulu. Rani bingung, alamatnya Anna tahu? Anna mengangguk, tahu. Ia pernah antar makanan. Rani terbelalak tidak percaya. Lalu mereka segera pergi ke rumah Rey.
Anna dan Rani bertemu orangtua Rey. Lalu kaget saat melihat Ayah Rey menggunakan seragam polisi. Anna bergumam cemas karena mereka mengendarai motor tanpa helm. Rani juga cemas tapi ia minta Anna biasa aja. Anna jadi gemetar mau menjelaskan apalagi saat Ayah Rey menghampiri mereka. Rani dengan beraninya ceritakan kejadiannya di sekolah. Rey main bola, lalu memukul orang, mereka berantem dan Rey masuk rumah sakit sekarang. Ayah Rey tidak percaya mendengar itu dan langsung memanggil Ibu Rey mengatakan Rey buat masalah lagi. Ibu Rey kaget mendengar itu dan segera bersiap lalu minta Rani dan Anna antar mereka ke rumah sakit.
Rumah sakit masih ramai oleh teman-teman Rey. Orangtua Rey ketemu guru pembina dan jelaskan kronologi kejadiannya atas dasar kompetisi. Ayah Rey meminta maaf atas nama Rey karena Rey selalu berantem dengan orang. Guru pembina menenangkan kalau hal ini bukan salah siapa-siapa. Sampai dokter keluar dan mengabarkan kalau luka Rey sudah dijahit namun kondisinya masih belum sadar. Orangtua Rey meminta pihak sekolah dan teman-teman Rey untuk menyerahkan pada pihak keluarga saja. Pihak sekolah setuju dan meminta semuanya pulang termasuk Rani dan Anna.
Saat di koridor, guru pembina tanya, "Siapa yang mengabari orangtua Rey?"
"Saya pak!" ucap Anna lantang menunjuk tangan.
Guru pembina memuji sikap Anna yang sangat sigap. Anna setuju dan mendeklarasikan bahwa apapun akan ia lakukan untuk keselamatan Rey. Teman-teman Rey termasuk Rani tertawa mendengar itu.
Malam hari, Anna sangat ingin tahu bagaimana kabar Rey, apakah sudah sadar? chat BBM nya, sebuah ucapan cepat sembuh belum centang biru. Anna terbesit, haruskan ia jenguk Rey pulang sekolah besok?
Harus!
Saat pulang sekolah dan tanpa mengabari Rani, Anna langsung pulang dengan mampir ke beberapa toko bunga dulu. Anna tidak cari bunga paling bagus melainkan mencari bunga yang sesuai dengan uangnya. Anna rela tidak makan demi uangnya bisa ia belikan bunga untuk Rey.
Setelah dapat, Anna segera ke rumah sakit. Dengan langkah cepat ia menuju kamar inap Rey. Ada ibunya di luar dan masih mengenali Anna, jadi Anna dipersilahkan masuk. Anna tersenyum lalu masuk kamar yang mendadak langsung terdiam degdegan saat kamar inap Rey tidak ada siapapun dan itu tidak masalah asalkan Rey tidak memandangnya dengan tatapan tajam penuh intimidasi. Anna jadi ragu tapi sudah terlanjur masuk, jadi ia berusaha biasa saja dan jalan menghampiri dengan langkah gemetar.