If We Ever Had a Chance to Break the Silent

kound
Chapter #4

Komandan Pleton

Rey Agung Pratama, Inspektur Polisi Dua yang sudah banyak mengambil lintas fungsi bagian.

Lulus SMA di 2016, Rey langsung masuk Akademi Kepolisian atas permintaan Ayahnya yang merupakan Kapolda Jakarta Pusat. Walaupun bukan cita-citanya, tapi menjadi polisi bukan pilihan yang buruk juga. Rey menikmati proses pembelajaran selama empat tahun sebagai Taruna. Ia belajar, bertugas, berprestasi dan tentu saja juga berpacaran.

Lulus sebagai Taruna, ia langsung menjadi Inspektur Dua Polisi dan meminta Ayahnya untuk menempatkannya di fungsi Lantas. Sebenarnya, Ayahnya tidak setuju tapi Rey memaksa karena teman-temannya banyak di Lantas. Ibunya bahkan meminta Ayahnya kali ini memahami dan menuruti Rey. Akhirnya Ayahnya setuju.

"Tau begini, dari dulu aku minta bantuan Ibu saat Ayah maksa aku masuk akpol," gumam Rey saat telepon Ibunya di asrama.

"Kalau itu Ibu gak akan bantu. Ibu juga mau kamu masuk akpol, makanya Ibu diam aja."

"Tapi cita-citaku bukan polisi, Bu."

"Tapi kamu anak Ibu Ayah satu-satunya, Rey. Kami berdua dari kepolisian. Itu kenapa kami mau kamu juga punya karir yang sama. Bahkan kalau bisa, pasanganmu dari polisi juga."

"Halo? Bu? Signalnya jelek bu, udah yah, besok lagi."

Rey langsung akhiri panggilan karena obrolannya sudah tidak seru, yang penting tujuan Rey sudah tersampaikan yaitu berterima kasih karena telah membantunya kali ini.

Rey bertugas sebagai ipda lantas dibawah kanit lantas. Sesuai prediksinya, Rey sangat menikmati menjadi polantas. Ia dan teman-temannya menjadi yang paling semangat untuk turun ke jalanan, siap melakukan agenda operasi zebra, razia motor mobil, mengejar pengendara nakal apalagi kalau masih pelajar, bahkan sampai kenalan dengan pengendara cewek cantik. Kebetulan ia memang baru putus. Disitulah mereka tukeran nomor telepon sampai akhirnya pacaran. Semua terasa terasa menegangkan dan seru sampai covid19 menyerang dan semua akses jalan ditutup. Untuk pertama kalinya, Rey merasa sisi serius dalam intrik kepolisian dan hukum. Bagaimana Rey membantu pemakaman pasien covid19 yang sebenarnya bukan meninggal karena covid19.

Sampai, tiba-tiba Rey dapat surat mutasi ke Reskrim, perintah langsung dari Ayahnya. Rey kesal karena Ayahnya bahkan tidak ada diskusi terlebih dahulu dengannya.

"Posisi penyidik sedang kosong dan harus cepat terisi." ucap Irjen Pol. Drs. Rudy Sanjaya Pratama, S.H., M.Si. Ayah Rey di ruang kerja Polda Metro Jaya Jakarta Pusat.

"Daripada fungsi kamu gak jelas, lebih baik belajar ke yang lebih serius!" tegas Ayahnya lagi.

"Justru fungsi yang gak jelas ini sedang aku seriusin, Yah. Ayah pasti gak tau kan kalau banyak intrik palsu dari covid19."

Ayah Rey terdiam.

"Ayah hanya ingin kamu lebih cepat berkembang. Masuk Reskrim, disana cocok untuk kamu cepat naik pangkat."

Rey terdiam tidak ada kata-kata lagi. Andai orang lain, mungkin kepalan tangannya sudah ia layangkan dari awal.

Keadaan Rey sedang tidak baik-baik saja karena tekanan dari keluarga. Lalu, pacarnya juga banyak nuntut. Rey langsung putusin malam itu juga. Rey benar-benar kesal dengan semuanya.

2022, Rey resmi masuk ke bagian penyidik di Reskrim Jakarta Pusat. Walaupun didorong oleh rasa keterpaksaan. Namun, dari covid19 ia belajar bahwa sepertinya banyak kasus yang harus ia bongkar kebenarannya. Salah satunya adalah kasus kematian pasien akibat vaksin menyita perhatian Rey. Bekerja sama dengan dokter forensik yang menyatakan kalau pasien meninggal karena henti jantung bukan karena vaksin sesuai penyataan rumah sakit. Rey dan tim melakukan penyidikan ke bagian rumah sakit yang Rey rasa sangat menantang dan seru. Bagaimana ia mencari fakta dan bukti sampai menangkap beberapa oknum terduga menjadi tersangka. Manajemen rumah sakit resmi dibekukan akibat penyataan palsu pasien meninggal karena vaksin pemerintah padahal penanganan henti jantung yang lambat akibat birokrasi rumah sakit. Kasus tersebut ramai di sosial media. Nama Rey, banyak di cari media namun Rey sangat tidak suka dengan liputan, jadi ia menghindari. Doker forensik yang kerja sama dengannya bangga. Rey juga bangga, lalu ajak makan malam dokter forensik yang masih muda dan cantik itu. Beberapa minggu kemudian, Rey posting foto dengan sang dokter dengan tanda emoticon love.

Lalu, kasus-kasus lain bermunculan membuat Rey turun dalam penyidikan sampai akhirnya ini alasan Rey dan sang dokter putus, karena keduanya sama-sama tidak ada waktu yang akhirnya menyalahkan satu sama lain.

Semua tampak baik-baik saja, sampai Rey mendapat kasus penyidikan pembunuhan pegawai sipil oleh pejabat tinggi pemerintah. Kasus kali ini cukup rumit dimana beberapa kali Rey didatangi oleh ajudan untuk diskusi mediasi. Namun, Rey tidak tertarik untuk negosiasi. Bahkan untuk pertama kalinya, Rey mendapat teror geng motor yang hampir menabraknya saat lari pagi di lingkungan asrama. Rey sangat kesal dan mendatangi Ayahnya. Bukan, bukan untuk minta pertolongan. Tapi untuk memantapkan penyidikan. Rey yakin, Ayahnya tahu kronologi sebenarnya.

"Pilihan kamu ada dua, Rey. Hentikan penyidikan. Atau terima resiko apapun," ucap sang Ayah.

"Menurut Ayah gimana kalau ada diposisi ku?"

Ayahnya terdiam.

Rey berdiri dan terkekeh, "Aku sudah tahu jawaban Ayah. Aku akan tetap lanjutkan penyidikan, Yah. Apapun resikonya."

Rey pergi dengan emosi yang mengumpul di dada. Bagaimana tidak, pasti Ayahnya akan memintanya hentikan penyidikan demi bisa naik pangkat disaat sesungguhnya ia tahu kebenarannya seperti apa. Hanya saja memang, lawannya kali ini cukup kuat karena punya peran penting di pemerintahan.

Berbulan-bulan melakukan penyidikan sampai pengumpulan draft final persidangan terduga pembunuhan akan dimulai pada Juni, 2024. Tetiba Rey dapat mutasi ke Samapta. Rey marah dan berdebat dengan Ayahnya yang menyuruhnya diam dan menerima instruksi. Ibu Rey hanya bisa menenangkan keduanya.

"Aku gak tahu, Ayah dapat sogokan atau ancaman sampai melakukan ini. Tapi mana sumpah negara yang Ayah ucapkan dulu?! Siapa yang Ayah sedang lindungi? Korban atau Pembunuh?!"

Ayahnya menepuk bahu Rey, "Nanti kamu akan paham sendiri."

Rey menepis tangan Ayahnya.

Beberapa hari kemudian. Rey resmi pindah ke Samapta. Lalu, penyidikan Rey dilanjutkan oleh Ipda Gunawan. Rey kenal karena dulu satu pleton. Itu kenapa beberapa kali mereka bertemu demi membahas seluruh draft agar keputusan penyidikan tidak berbeda. Rey tahu bahwa ipda Gunawan sangat cerdas saat sekolah dulu. Jadi, Rey sangat percayakan kasus ini pada Ipda Gunawan. Ipda Gunawan ketawa katakan traktir dirinya saat ia menang. Rey setuju. Persidangan di lakukan dan disiarkan oleh seluruh media. Rey termasuk yang menonton walaupun hasil persidangan belum ada.

April, 2024. Saat sedang mengendarai mobil patroli, Rey tetiba rem mendadak begitu mendengar berita di radio bahwa Ipda Gunawan meninggal. Tangan Rey seketika gemetar dan langsung menelepon Kanit Intel penyidik memastikan kebenaran itu.

Pemakaman dilakukan. Rey dan Ayahnya hadir menyaksikan penguburan Ipda Gunawan yang katanya meninggal sedang tidur. Walaupun hasil otopsi menyatakan aman bahkan kondisi tubuh yang tampak utuh alias tidak meninggalkan bekas luka sedikitpun. Namun, Rey tetap merasa bahwa ini kematian yang disengaja atau direncanakan. Entahlah, Rey hanya merasa semakin ia mendalami semua bentuk pelindungan dan hukum dari kacamata seorang polisi, rasanya sangat sulit jika semua hal harus berjalan sebagaimana mestinya.

"Sekarang kamu tau kan, siapa yang Ayah lindungi?" ucap Ayah Rey di mobil saat mereka pulang dari pemakaman.

Rey terdiam.

"Tugas kita memang untuk melindungi. Tapi, kita tidak bisa melindungi semua bagian, Rey."


------


Hari-hari berjalan seraya memudarkan idealisme Rey yang selama ini dipegang teguh dalam berkarir. Rey tersadar betapa Ayah dan Ibunya sangat menyanyanginya. Betul, jika Ayahnya bilang tidak semua bagian dapat dilindungi. Itu kenapa, Rey menyakinkan diri untuk hanya akan melindungi yang ia sayangi.


------


Rey kenalan dengan seorang mahasiswa cantik saat mereka ketemu di acara kenegaraan menjelang pemilu 2024. Beberapa minggu kemudian, Rey repost foto dari gadis itu dengan tanda love. Mereka resmi pacaran. Bahkan foto profile Rey berganti dengan foto mereka sedang berangkulan. Mereka selalu ada waktu ketemu dan makan sambil foto-foto lalu upload ke sosial media. Gadis itu dengan bangga menampilkan Rey dengan seragam polisinya. Rey hanya tersenyum melihat itu.

Tetiba berita dari televisi restoran itu muncul bahwa peringatan darurat militer terhadap revisi uu pilkada. Senyum Rey memudar melihat berita itu.

"Sayang, ini aku posting di feed instagram kamu yah?" tanya pacarnya Rey.

"Iya sayang, posting aja," jawab Rey sibuk chat dengan Danki Irvan, tentang berita yang ia dengar apakah akan ada agenda demo.


------


Sebagai Komandan Pleton yang memiliki 1 Pleton aktif yaitu Tiger. Rey memimpin hampir 15 anggota yang selalu diturunkan dalam seluruh kegiatan negara. Dan demo uu pilkada menjadi demo pertama baginya dalam memimpin pengamanan demo dalam Samapta. Pletonnya sudah siap dalam briefing apel, dan Rey mengingatkan prinsipnya.

“Lindungi apa yang kalian sayangi,” katanya. “Jika negara ini dirusak, lindungi negara ini. Demonstran yang tidak mengikuti kode etik, yang merusak fasilitas, atau yang menyerang massa lain, amankan sesuai prosedur.”

Anggota pleton mengangguk tegas, "Siap, Ndan!"

Lihat selengkapnya