If You Know My Heart

Gadis Diary
Chapter #7

JERSEY

Mereka maunya apasih! 

Kita gak bisa apa-apa direndahin giliran jadi juara dihujat.

Dasar NETIJEN gak ada akhlak!

oOo

Azkia sibuk memainkan gitar Arnold di kamarnya dengan malas. Arga belum datang dan Arnold masih sibuk pacaran dengan Killa di taman rumahnya sejak pulang sekolah tadi. Azkia sangat galau sekarang. Dia terus bertanya pada dirinya sendiri, kapan Anggara bisa menerimanya? Kapan dia bisa menyukainya? Kapan dia bisa menatapnya? Kapan dia bersikap baik padanya? Kapan dia bisa menjadi pacarnya?

Langit kini sudah semakin gelap Azkia menaruh gitarnya di atas kasur. Dia segera ke taman rumah untuk menghampiri Arnold dan Killa. Azkia ingin sekali ke kafe ayahnya. Melakukan hal yang disukainya agar bisa melupakan sedikit rasa kecewa dan galaunya. 

"Bang Ar, kak Killa. Antar Kia ke kafe ayah yang baru. Kia bosen di rumah. Kalau Kia pakai mobil itu nanti Bang Ar gak bisa nganter kak Killa pulang. Mending anterin Kia aja. Sekarang," pinta Azkia. 

"Haduh Kia ganggu orang aja. Kan bisa pesen ojek online. Biasanya juga lo gitu," jawab Arnold yang merasa terganggu.

"Kan lebih hemat naik kendaraan sendiri apalagi diantar. Ayo bang antar Kia," rengeknya. "Awas nih Kia bilangin ayah biar uang bulanan abang dipotong." 

"Udah ikutin mau adek kamu. Aku juga laper nih." Killa membujuk Arnold agar mau mengantar Azkiia. "Kita bisa makan di sana Ar."

"Sebenernya kakak kandung Kia siapa sih? Bang Ar atau kak Killa?" Tanya Azkia sewot.

Arnold bangkit dari kursi taman dan menghampiri Azkia. "Jangan sensian dong adik abang yang emesh ini, nanti cantiknya ilang loh. Yaudah ayo abang anter."

"Yaudah ayo cepet," Azkia langsung menarik Arnold menuju mobil.

"Killa aku tunggu di mobil," teriak Arnold.

Perjalanan ke kafe hanya ditempuh dua puluh menit dari rumah Azkia. Kafe itu bernama kafe 'ARZ'. Itu adalah sebuah singkatan pasangan keluarga yang terdiri dari Arga dan Azeela serta Arnold dan Azkia. Kafe itu beratas namakan Arnold dan Azkia. Jadi mereka bertanggung jawab atas kafe itu meskipun sudah ada manager yang mengaturnya. 

Azkia keluar dari mobil kemudian masuk ke kafe milik keluarganya. Kafe tersebut bernuansa tempat tongkrongan anak muda. Kafe ini ada yang indor dan outdor. Ada juga lapangan basket, tenis meja dan billiard. Ditambah banyak sekali background foto yang sangat kekinian dan keren.

"Eh Teh Kia sudah datang. Ini banyak sekali yang pesan muffin dan cake lainnya yang khusus dibuat oleh teteh. Mereka semua banyak yang protes. Sebagian besar yang order minta diantar ke rumah dan sebagian lainnya masih menunggu."

"Para koki juga sedang sibuk memasak menu lain. Kafe ini benar-benar penuh."

"Akan segera siap semuanya. Kasih tahu mereka untuk muffin tunggu sekitar tiga puluh menit kalau mereka mau."

Azkia segera memakai baju kokinya serta celemek. Azkia segera meracik dan mengaduk semua bahan muffin yang tersedia. Azkia mulai kewalahan dengan pesanan sebanyak itu. Sementara Arnold masih enak-enakan menemani pacarnya makan.

"Pacaran mulu kerjaannya. Udah tahu kafe penuh. Kesel ihh," dumel Azkia. 

Azkia kesal dia menelpon ayahnya sembari menunggu muffin matang sementara yang mencetak adalah koki kafenya. "Assalamualaikum."

"Ayah Bang Ar sibuk pacaran gak mau bantu Kia. Udah disuruh Kak Killa ikut bantu malah asik duduk," lapor Azkia. "Ayah bilangin Ke Bang Ar biar bantu. Pesanan membludak Yah. Kia repot banget."

"Kia matiin dulu teleponnya Yah. Masih banyak kerjaan, assalamualaikum."

Azkia langsung melanjutkan membuat adonan. Tiba-tiba Arnold masuk ke dapur dengan muka yang masam dengan Aqilla yang berusaha menenangkannya. "Sini gue bantuin, ngadu mulu ke ayah lo. Gak asik dasar!" 

"Kakak bantu yah?" Tanya Aqilla.

Azkia mengangguk kepada Aqilla dan tidak meladeni Arnold. "Kak Killa bisa bantu kasir dulu yah. Kak Killa kan jago IT. Tolong bantu yah," pinta Azkia.

Azkia beralih ke Arnold. Dia menatap kakak kandungnya itu dengan tatapan yang sangat tajam. "Untuk bang Ar tolong jadi waiters untuk saat ini. KIA MINTA TOLONG!"

Arnold hanya mengangguk lalu memakai celemek khusus waiters dan keluar dari dapur. Akhirnya seperempat pesanan sudah dikemas dan mulai dikirim kepada customer. Sebenarnya pekerja di kafe itu cukup banyak untuk ukuran kafe yang baru opening. Koki di kafe ini ada tiga, ada tiga asisten koki juga, dua barista, lima waiters, satu kasir dan satu manager yang kini menjelma menjadi waiters sementara.

Mungkin karena kafe ini sangat luas dan lokasinya yang dekat beberapa sekolah. Jadi cocok dijadikan tempat nongkrong anak muda. Selain itu ada ruangan formal juga dan ruangan khusus rapat. Pokoknya komplit banget kafe ARZ ini. 

"Ini pesanannya silahkan dinikmati. Maaf telah menunggu terlalu lama karena banyaknya pesanan yang sama," ujar Arnold sangat ramah kepada customer.

"Bang Ar?" Tanya Anggara.

"Eh lo Ga, lo ke sini juga? Pasti abis main basket ya? keringetan gitu," tanya Anggara. "Sama siapa lo ke sini?"

"Gue abis main basket sama bokap," jawab Anggara jujur.

Arnold hanya menganggukkan kepalanya. "Gue sibuk banget sekarang. Silahkan dinikmati hidangannya." Arnold membalikan badannya dan melenggang pergi.

"Eh lo kerja di sini?" Tanya Anggara sedikit berteriak.

"Iyaaa... Nanti gue cerita," seru Arnold.

Gara yang sehabis dari toilet langsung duduk dan menyantap muffin hangat itu. Gara memakan muffin itu dengan sangat lahap tetapi Anggara ragu-ragu memakannya.

"Makan Ga. Enak banget nih. Pantesan di atas meja kafe kebanyakan muffin semua. Belum lagi tuh antrian panjang banget. Pokoknya langgananan muffin deh di sini," ujar Gara.

Anggara menyantap perlahan muffin itu ke dalam mulutnya. Setelah sudah masuk ke dalam perut. Ada yang janggal dengan muffin ini. Anggara mencoba memakannya lagi. Benar, rasanya sama tak ada yang beda.

"Cih, dasar penipu. Katanya buat sendiri. Gak tahunya beli," batin Anggara.

"Ayah udah pesan satu kotak untuk di rumah. Tapi masih cukup lama. Kamu mau tunggu atau diantar ke rumah aja? Ayah mau ke kantor ada yang mau diurus soalnya."

"Anggara tunggu aja. Ayah ke kantor aja tenang," jawab Anggara.

◆•••◆

Azkia benar-benar kewalahan. Di tambah bahan-bahan habis, sedangkan pesanan masih sangat banyak. Azkia tidak bisa menyuruh siapapun karena semuanya sangat repot ditambah seluruh waiters sedang mengantarkan pesanan. Hanya tinggal Arnold yang sibuk bolak balik mengantar pesanan.

Azkia berpikir, bagaimana dia bisa mendapatkan bahan yang sangat banyak. Nama Aleo langsung terlintas di kepalanya. Dia langsung meminta salah satu asisten koki untuk menulis seluruh bahan yang habis. Sementara dirinya menghubungi Aleo agar bisa membantu membelikan semuanya. Azkia juga mengirimi pesan pada Eka untuk ke kafenya agar bisa membantu.

"Hallo, assalamualaikum. Kakak pasti ada di rumah kan?" Tanya Azkia.

"Gue ada di rumah. Ada apa?" 

"Sibuk gak?" 

"Gak terlalu," jawab Aleo.

Azkia langsung memfoto daftar bahan yang harus dibeli dan mengirimnya kepada Aleo. "Tolong beliin semuanya di pasar atau mini market. Cepet yahh. Nanti aku share location alamatnya."

"Banyak banget?"

"Untuk kafe. Nanti aku cerita kalau udah datang. Tolong cepat yahhh jangan lama."

Azkia menyerahkan sisanya pada koki-koki dan dia pergi membantu Arnold mengantar makanan ke meja-meja customer yang lumayan jauh jaraknya dari dapur. Kasihan kakaknya begitu letih sedari tadi belum istirahat.

"Kia, gue udah ngehubungin Eric sama Baim buat bantu ke sini," ujar Arnold saat berpapasan dengan Azkia.

"Aku udah ngehubungi Eka dan Kak Leo juga," jawab Azkia.

Semua datang tepat waktu. Azkia kembali ke dapur untuk membuat adonan muffin sementara yang lain sudah dibagi tugas oleh Azkia. Aleo dan Eka menjadi waiters untuk membantu Arnold sedangkan Baim dan Eric ikut membantu mengantarkan pesanan.

Azkia sangat senang. Setelah sekian lama dia kembali merasakan rasanya persahabatan. Rasa hangat itu kembali hadir. Ternyata perkataan Arnold benar. Tak salah untuk mencoba kembali. Tapi tetap saja sahabat Azkia ujung-ujungnya didominasi oleh lelaki.

Tepat pukul setengah tujuh semua pesanan muffin selesai dibuat oleh Azkia dan pekerjaan teman-temannya sudah selesai lebih dulu darinya. Azkia akhirnya bisa membuka handphonenya yang sedari tadi dia taruh di saku celananya.

Ruskiiiiii

Sorry, gue lupa kasih tahu kemarin.

Ada undangan anniversary 25 tahun pernikahan Coach Yudha buat lo.

Bawa jersey lo juga.

Lihat selengkapnya