Didekati dua lelaki itu bukan berarti murahan,
Tapi memang kitanya saja yang sangat baik
sehingga bisa membuat mereka nyaman.
oOo
Sudah pasti pagi ini Azkia akan menjadi pusat perhatian. Lihat saja saat Azkia keluar dari mobil Jaguar sport putih HeronXPDC milik Aleo banyak pasang mata yang memandang. Ada yang memandang tak suka dan ada yang sangat senang. Azkia mencoba biasa saja dan tak perlu risih dengan tatapan mereka.
"Ya ampun bener Azkia sama Aleo udah jadian. Gue iri."
"Modus banget Azkia. Kak Aleo lagi pake nganter Azkia segala."
"Semoga jadi perfect couple."
"Azkia udah punya pacar. Nasib gue gimana."
"Yang nembak Eric yang dapat Aleo."
"Gue mau ada di posisi itu ya Tuhan."
"Ada santet onlen kagak? "
Banyak celotehan-celotehan yang sangat terdengar di indra pendengaran Azkia. Dia mencoba biasa saja tapi masih ada rasa risih terhadap mereka. Aleo langsung mengajak Azkia untuk ke kelas dan Aleo menyuruh untuk menghiraukan perkataan mereka. Aleo bilang sudah biasa kan mereka dikatai seperti itu setiap jalan berdua.
"Gimana mau dianter masuk apa sampai depan pintu aja?" tanya Aleo disertai kekehan geli.
"Aku kan bukan siapa-siapa kamu," balas Azkia malu malu.
"Bukan adik gue nih," keluh Aleo.
Azkia terkekeh pelan. "Iya kakak terzheyeengg." Kemudian Azkia mencubit kedua pipi Aleo sangat keras.
Aleo meringis kesakitan. "Ish sakit tahu gak. Yaudah gue mau ke kelas. Kalau ada apa-apa tinggal chat gue aja oke atau telepon. Kalau gak chat atau telepon gue, lo bisa ke kelas gue. Lo tinggal ke lantai atas gedung kelas sebelas terus belok kanan dari tangga, lurus terus ada toilet belok kiri habis itu lo tinggal cari kelas sebelas IPA 1 dan panggil nama gue. Kalau gak sempet ke kelas, lo teriak nama gue pake speaker sekolah atau kalau gak lo bisa bilang ke temen sekelas gue yang biasa mangkal di tangga kalau gak lo bisa-" selalu saja saat ingin menjelaskan lebih panjang dan rinci Azkia selalu memotong perkataannya.
"Gak perlu berlebihan gitu. Aku bisa jaga diri baik-baik," jawab Azkia setelah itu tersenyum seperti bunga yang mekar.
"Iya tau. Yaudah gue pengen ke kelas dulu. Jangan lupa istirahat ke kantin jangan diem di kelas mulu dilihatnya gak enak," setelah mengatakan kalimat itu Aleo pergi nyelonong begitu saja.
Saat Aleo sudah pergi Azkia langsung merecoki Anggara sebelum masuk ke kelasnya. Tepat saat itu Anggara lewat di depannya. Jadi saja dia mengikuti kemana Anggara pergi. Tak bosan juga Azkia membawa bekal untuk Anggara. Sarapan itu dibuat sangat khusus untuk Anggara tercintanya.
"Ini bekalnya." Azkia menyerahkan kotak makannya pada Anggara. "Jangan lupa dimakan karena Kia buatnya dengan sepenuh hati."
"Buat pacar lo aja," jawab Anggara begitu datar.
"Kan ada di hadapan Azkia," balas Azkia tak mau kalah.
"Aleo."
Azkia terkekeh. "Itu bukan pacar Kia. Itu sahabat Kia yang sudah Kia anggap kayak saudara."
Muka Anggara masih tak berekspresi. "Kemarin lo nyatain perasaan sama dia kan?"
Azkia sedikit terkejut. "Anggara denger semua?"
"Gak."
"Denger bagian mana aja?" Tanya Azkia.
"Lo bilang lo suka dia."
Azkia terkekeh kembali. "Salah paham berarti."
"Azkia itu gak bermaksud bilang itu sama Kak Leo. Azkia mau bilang itu ke kamu," lanjut Azkia.
"Oh."
"Oh doang?" Tanya Azkia.
Anggara mengambil kotak makannya dari tangan Azkia. "Buat gue kan?" Kemudian Anggara melenggang pergi dari hadapan Azkia.
"Heh tunggu. Jahat banget sih pergi duluan," teriak Azkia.
"Bawel!"
Azkia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Anggara yang sangat cepat itu. Tapi saat dia sudah berjalan sejajar dengan Anggara Bu Tania datang dari arah yang berlawanan. Azkia langsung menarik lengan Anggara untuk putar balik, tapi Bu Tania sudah lebih dulu melihat Azkia.
"Azkia," panggil Bu Tania.
Anggara berhenti dan itu membuat Azkia jadi berhenti juga. "Sial!"
"Kenapa lo narik-narik gue?" Tanya Anggara, "Tuh dipanggil Bu Tania."
Azkia terpaksa menghadap Bu Tania dan tersenyum. "Eh ibu, ada apa?"
"Gimana udah siap minggu depan?" Tanya Bu Tania.
Azkia terkekeh. "Belum. Ibu kan tahu sendiri kalau Azkia gak bisa bu. Ganti sama tes praktek yang lain aja."
"Tidak bisa Azkia," jawab Bu Tania final.
"Ibu mah. Kan nilai pengetahuan Kia bagus jadi gak harus dipraktekin lagi kan?"
"Kamu mau nilai praktek kamu kosong?" Tanya balik Bu Tania.
Azkia menghela napasnya. "Kia gak bisa. Gimana dong bu?"
"Kakak kamu kan bagus dalam bidang musik. Kenapa kamu gak minta dia yang mengajari saja?"
"Ibu tahu kan kalau Bang Ar itu udah kelas dua belas dan ibu tahu kalau nilai pengetahuan umum dia bagaimana. Jadi gak mungkin Kia ganggu Bang Ar, dia lagi semangat-semangatnya belajar bu. Kalau Kia minta ajarin nanti dia malah gak akan belajar lagi bu."
"Anggara," panggil Bu Tania.
"Iya bu?"
"Kamu juga kan dalam bermain musik itu bagus, gimana kalau kamu ajari Azkia main musik dan bernyanyi? Tenang nanti nilai kamu ibu kasih poin plus. Yang penting nilai praktek Azkia bisa mencapai minimalnya B."
"Nah, kalau itu Kia setuju!" Seru Azkia.
"Mau yah?" Tanya Bu Tania. "Seminggu saja kamu ajari Azkia."
"Baik bu," jawab Anggara dengan seperdelapan hati.
"ASYIKKK." Azkia langsung memeluk Bu Tania. "Makasih ibu. Kia senang kalau Anggara yang bantu Kia."
"Ibu gak bisa napas Azkia!"
Azkia langsung melepaskan pelukannya. "Maaf bu, abisnya Kia kelewat senang. Ya sudah bu, Kia ke kelas duluan. Sekali lagi terimakasih."
Azkia sangat senang sekali. Dia terus menebarkan senyumnya sampai masuk ke dalam kelas. Semua warga kelas langsung ngeri melihat senyuman Azkia yang tak padam-padam. Azkia ingin menceritakannya dengan Eka tapi dia sedang kumpul osis untuk membahas pemilihan ketua osis.
Azkia juga ingin mengobrol dengan Ruski, tapi Ruski sedang membaca buku. Azkia tidak bisa mengganggunya. Dia hanya bisa menganggu Ruski pada saat jam istirahat, jam kosong tanpa tugas dan saat pulang sekolah. Selebihnya jika Ruski sedang pegang buku dia tak bisa menganggunya.
◆•••◆