Sepintar-pintarnya seseorang menyembunyikan rahasia pasti lambat laun rahasia itu akan terbongkar.
oOo
Anggara berlari menyusuri lorong rumah sakit yang ramai. Anggara harap Azkia belum mengecek handphonenya. Dia sangat takut jika Azkia sudah membuka handponenya. Sampai depan ruang rawat Azkia, Anggara langsung meminta handphone Azkia pada Arnold. Anggara langsung membuka handphone Azkia yang ternyata tak disandi.
Anggara dengan mudah membuka seluruh sosial media yang Azkia miliki termasuk email dan pesan, tapi tak ada satu pun pesan misterius yang masuk di handphone Azkia. "Gak ada yang perlu dikhawatirkan untuk saat ini." Anggara mengembalikan handphone Azkia pada Arnold.
Handphone Anggara kembali berdering. Penelepon yang sama. Anggara menjauhkan diri untuk mengangkat teleponnya. "Terbuktikan kalau lo suka sama Azkia. Tuh Kat, Anggara pasti ada di rumah sakit sekarang dan langsung cek handphonenya Azkia."
Anggara sangat kenal suara tersebut. "Reon?"
Terdengar suara kekehan Reon dari seberang sana. "Iya mas bro! Gue Reon, cuma mau ngetes lo aja. Abisnya Katrina dari tadi nanyain lo suka atau enggak sama Azkia."
"Anggara kamu beneran suka Azkia?" Tanya Katrina, "Kok kamu gitu sih!"
"Kalian semua kenapa sih! Gak jelas!"
"Gue jelas Ga, gue jelas! Apa belum jelas lagi? Gue udah berjuang bertahun-tahun tapi lo sukanya sama dia yang baru lo kenal!" Terdengar suara isakan perempuan dari seberang sana.
"Tenang dong Katrina. Jangan nangis," ujar Reon yang sedang menenangkan Katrina.
Anggara mengusap wajahnya dengan gusar. "Gak usah nangis Kat. Gue udah bilang dari dulu sama lo. Jangan pernah suka gue dan lo lupa bahwa kita hanya sahabat. Gak lebih dan kurang."
"Ga ke sini! Apart gue. Ini Katrina pegang gunting!" Pekik Reon, "Gue takut dia berbuat macam-macam!"
"Shit!"
Telepon diputus sepihak oleh Anggara. "Semuanya gue duluan."
"Mau kemana lo?" Tanya Arnold.
"Pergi," jawab Anggara dan dia melenggang pergi.
◆•••◆
Anggara sudah mengobati luka di pergelangan tangan Katrina. "No self injury!" Anggara tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini.
"Lo ngelakuin hal ini sama aja lo kayak orang bodoh!"
Katrina menangis sampai terisak. "Gue ini emang bodoh! Makanya gue ngelakuin hal itu!"
"Gue mau lo balas perasaan gue Ga," tangis Katrina makin kencang. "Gue mau egois untuk kali ini."
"Kat udah dong jangan nangis," pinta Reon.
"Gue capek sama semuanya Yon! Apa gue harus keluar dari karir modeling gue supaya waktu gue bisa digunain buat ngejer Anggara?" Tanya Katrina pada Reon.
"Apa gak cukup lo sekelas sama Anggara? Lo bareng sama dia kurang lebih hampir sembilan jam perharinya," jawab Reon.
"Dia selalu keluar kelas dan Azkia, dia selalu ngikutin kemana Anggara pergi sebelum masuk kelas dan istirahat!"
"Aze udah ngerebut Anggara dari gue dan sekarang Azkia? Gue kenyang makan hati terus Yon!"
"Yaudah Kat. Tenang dulu. Anggaranya kan tetap cuek sama Azkia. Barang kali dugaan gue tentang Anggara suka Azkia itu salah," kata Reon hati-hati, "Gue sama Anggara akan selalu ada buat lo."
"Lo bener Yon! Gue suka dia dari dulu," batin Anggara.
"Yakin akan selalu ada?" Tanya Katrina dengan nada mengejek, "Gak percaya gue."
"Kalau Anggara gak ada kan ada gue," jawab Reon.
Air mata Katrina terus mengalir melihat Anggara duduk terdiam saja di depannya. Katrina terus terisak berkali-kali. Reon melirik sinis ke arah Anggara. Di mata Reon menyiratkan sesuatu yang diharapnya Anggara akan mengerti harus melakukan apa akan situasi ini.
Anggara mengalah. Dia memeluk Katrina. "Gue gak suka cewek cengeng."
Katrina langsung membalas pelukan Anggara. "Gue sayang lo Ga."
Dua puluh menit dalam dekapan Anggara membuat Katrina tertidur. Anggara memindahkan Katrina ke atas sofa dan menyuruh Reon untuk mengambil selimut untuk Katrina. Setelah Reon selesai menyelimuti Katrina, Anggara meminta Reon untuk menemuinya di kamar. Dia ingin berbicara suatu rahasia yang penting dengan Reon dan tanpa diketahui siapapun.
"Mau ngomong apa lo?"
"Aze," jawab Anggara.
"Dewi lo?"
Anggara mengangguk. Anggara membuka handphonenya. Dia mencari instagram lama Arnold dan menggulirnya sampai bawah. Dia menunjukkan foto Arnold dan Azkia saat kecil serta dia memberi foto yang diberikan Reon waktu itu padanya.
"Lihat baik-baik dan bandingkan sama foto dari lo ini." Reon mengambil keduanya dan memperhatikannya dengan seksama.
Sedangkan Anggara mengambil buku dan bolpoin dari meja belajar Reon. Anggara menulis sesuatu di buku Reon. Kemudian menunjukkan lagi kepada Reon. "Baca."
Reon memperhatikan semuanya dengan seksama. "Ini foto yang perempuannya mirip sama foto dewi lo."
Reon segera paham apa yang dituliskan Anggara dibukunya. "Jadi Azkia itu SR Azekeyiei?" Tanya Reon dengan suara yang cukup lantang.
Anggara mengangguk. "SR itu singkatan dari Servia Rezaldi. Sedangkan Azekeyiei perhuruf pakai bahasa inggris gitu. Aze itu nama bundanya yang bernama lengkap Azeela Leodra Yusuf sedangkan Keyiei itu ucapan dari huruf bahasa inggris. Key itu K, i itu i, dan ei itu a. Jadi Keyiei itu Kia." Jelas Anggara sangat bersemangat.
"Lo semangat banget nyeritainnya," kata Reon.
"Jujur yah Yon. Gue bahagia banget," ujar Anggara dan dia tersenyum kecil.
"Pantesan aja lo ngejer-ngejer dia. Cantik banget gitu, manis lagi, imut lagi, jadi pengen gue jadiin pacar," celoteh Reon.
Tatapan membunuh langsung menikam Reon dengan cepat. "Oke! Kalau lo suka balas perasaannya. Kejar balik dia! Jangan dia yang ngejar lo terus. Masalah Katrina biar gue yang urus," ujar Reon.
"Gue gak bisa balas perasaan dia," jawab Anggara.
"Kenapa? Lo malu karena lo udah mencampakkan dia terus?"
"Bukan!"
"Terus?"
"Gue ini pembalap gokart. Sebagian dunia gue ada di sirkuit dan kecelakaan bisa terjadi kapan pun."
"Lo takut?"
Anggara menggeleng tegas. "Gue gak takut cidera atau kecelakaan. Yang gue takuti itu kalau dia menjalani hubungan sama gue lalu kecelakaan dan cidera parah."
"Gue takut dia yang merasa tertekan dan takut kehilangan gue secara berlebihan. Intinya gue gak mau menambah beban batinnya," lanjut Anggara.
"Dia juga dulunya Atlet gokart dan pernah mengalami kecelakaan bahkan yang terparah waktu lo smp kelas dua." Reon berusaha memberi solusi yang terbaik untuk Anggara. "Dia pasti akan ngerti semuanya Ga."
"Bokapnya?"
"Segala sesuatu dicoba dulu Anggara! Kalau lo gak coba biar gue yang mau coba." Reon yang tadinya memberi solusi kini acuh dengan Anggara. "Lo sama Katrina aja!"
"Kok lo sewot sih?"
Reon tertawa terbahak-bahak. "Abisnya lo ini. Perempuan kayak Azkia dimasa bodohin terus."
"Yaudah," jawab Anggara tak jelas.
"Yaudah apa?"
"Lihat nanti!"
◆•••◆
Azkia tidak berangkat untuk hari ini karena dia harus benar-benar memulihkan diri jika ingin beraktivitas seperti biasa. Jadi Arnold tak ingin mengganggunya dan memilih untuk meminta Anggara dan Baim berkumpul di meja kantin. Dengan terpaksa mereka berdua duduk menemani Arnold yang mulai bercerita ke sana kemari tentang hubungan jarak jauhnya.
Arnold menopang dagunya dengan kedua tangan. "Gue jadi gak semangat hidup."
"Kak Killa pasti akan pulang Bang," hibur Baim, "Mendingan abang pesen makanan yang banyak aja deh."
"Buat apa?" Tanya Arnold.
"Kata cewek-cewek tuh, menghilangkan galau bisa dilakukan dengan cara makan yang banyak sampai kenyang sekali."
"Lo kira gue babi?" Tanya Arnold sewot.
"Yaudah kalau gitu tunggu aja sampai mulut lo berbusa nyeritain kerinduan lo sama Kak Killa," jawab Anggara dengan kalimat yang menikam.
"Jahat banget lo Ga!"