If You Know You Know

Tiwul
Chapter #5

5:Permainan dimulai

Sujatmiko merasa berat, dadanya sangat sakit melihat putra semata wayangnya telah pergi untuk selama-lamanya. Sujatmiko teruduk diam dengan tatapan kosong disebuah bangku rumah sakit. Orang yang berlalu lalang dihadapnya ia biarkan begitu saja.

Seorang polisi menghampiri Sujatmiko, Raga. Dia duduk di sebelah Sujatmiko lalu ikut menatap tembok jendela kaca memperlihatkan sisi lain gedung rumah sakit.

“Turut berduka cita Pak Mik. Saya juga heran dengan kecelakaan ini Pak. Korbannya luka parah dan” Raga menghentikan ucapanya.

“Meninggal” kata itu terlontar dari bibir Sujatmiko.

“Aneh, motornya hanya lecet sedikit”.

Sujatmiko menengok ke arah Raga “Maksudnya? Ada kemungkinan anak saya dibunuh?”.

“Berdasarkan cctv, ada 3 motor yang mengejar mereka Pak. Tapi sayangnya putra Bapak mengalami kecelakaan, baru mereka datang”.

“Kenapa mereka mengincar anak saya?”.

“Mereka bilang Chiko ngerampok handpone salah satu dari mereka. Raka namanya. Dia baru 14 tahun, sehabis pulang dari minimarket, ketemu Chiko dan hpnya diambil”.

“Omong kosong macam apa itu? Anak saya tidak mungkin mencuri handpone anak umur 14 tahun. Kalian tahu siapa saya, dan keluarga saya. Tidak mungkin Chiko melakukan ini”.

“Saya juga kurang yakin pak, tapi di TKP ditemukan juga handpone milik Raka. Dan layar ponsel pecah, artinya barang itu memang ada bersama Chiko”.

Sujatmiko terdiam menatap ke arah depan, matanya menajam melihat satu titik cahaya lampu dari gedung sebelah.

***** 

Sujatmiko menghampiri rumah atasanya. Bukan rumah dinas melainkan rumah istri ke duanya. Sujatmiko mengetuk pintu, lalu seorang wanita muda berbaju tidur membukakan pintu. Sujatmiko bertanya keberadaan kepala polisi pusat. Si perempuan terlihat bingung karna tidak ada orang yang tau rumah dan siapa dirinya selain kepala polisi itu sendiri. Sujatmiko memaksa masuk, dia tau jika kepala polisi bernama Herry itu berada di dalam.

Suara keributan membuat Herry keluar, dan melihat Sujatmiko berada di depan pintu dengan mata merah diselimuti auranya yang emosi. Herry memberikan izin kepada Sujatmiko untuk masuk. Perempuan tadi memutuskan untuk masuk ke kamar dan membiarkan mereka berdua di ruang tamunya.

Sujatmiko duduk di single sofa dengan Herry dihadapanya. Herry yang membaca raut wajah Sujatmiko yang terkesan sangat emosi. Dia bertanya dengan hati-hati apa tujuan dari kedatangan Sujatmiko.

“Saya mau Bapak mutasi Raga dan tim lalu lintas besok”.

“Kenapa saya harus mutasi? Pekerjaan mereka bagus-bagus aja”.

“Anak saya baru meninggal, dan mereka bilang kalau anak saya meninggal karna kecelakaan”.

“Faktanya?” Sujatmiko terdiam mendengar pertanyaan itu “Kalo faktanya berkata seperti itu ya sudah, selesai. Memang faktanya putramu meninggal karna kecelakaan. Memangnya kenapa kau mau menyangkal itu?”.

“Saya gak mau nama baik saya, anak saya dan keluarga saya tercoreng begitu saja. Saya gak terima anak semata wayang saya berakhir sia-sia hanya karna kecelakaan. Saya mau saksi itu dijadikan tersangka”.

“Tunggu-tunggu, Sujatmiko kamu tau tidak kalau kamu sudah kelewatan. Berpikirlah yang jernih Sujatmiko, saya tau kamu sedang berduka tapi tidak seperti ini”.

Lihat selengkapnya