Memasuki libur kenaikan kelas, Aya sedang bersantai di rumah karna pekerjaannya sudah pasti libur. Para santri Al Falah serempak pulang untuk menghabiskan masa liburan.
Tok tok tok
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumussalam ... ya sebentaaaar ... eh Ustadzah Salma ... mari masuk,”
“Silakan duduk Ustadzah,”
Aya hendak ke dapur untuk membuatkan minum namun segera dicegah.
“Ustadzah Aya nggak usah repot-repot ya ... kebetulan saya sedang bayar hutang puasa ,”
“Jadi begini ... maksud kedatangan saya kemari ingin menyampaikan sesuatu. Bahwa ada yang ingin mengajak Ustadzah Aya untuk bertaaruf,”
“Ini biodata orangnya,” Ustadzah Salma memberikan dua lembar kertas folio.
“Ustadz Faiq?” tanya Aya.
“Iya benar ... Ustadz Faiq,”
“Ustadzah Aya tidak perlu terburu-buru. Nanti ustadzah Aya bisa hubungi saya sebagai perantara,”
“Kalau begitu Ustadzah balik dulu ya, Assalamualaikum,”
“Waalaikumussalam,”
Hati Aya berdebar ... sudah cukup lama Aya tidak merasakannya lagi. Malam harinya Aya menghampiri Ibunya yang sedang memasang kancing.
“Maa,”
“Ya sayang, kenapa?”
“Ada yang ngajak Aya ta’aruf,”
Ibu Aya menghentikan aktivitasnya.
“Faiq ... Ustadz Faiq. Saudara dan juga sahabat dekatnya Almarhum Adnan,”
“Kamunya sendiri gimana sayang?”
“Tapi ini masih kerabatan sama Almarhum Adnan,”
“Kamunya suka apa nggak?”
“Aya sempet merasa tertarik Maa,”
“Orangnya gimana?”
“Baik, penyayang, sabar,”