“Kenapa Kakak lama sekali kembali..” ucapnya dengan suara lirih, “Padahal Sunny kira hanya setahun dua tahun aja..”
Aku tertawa mendengar rengekannya, ia masih manja seperti dulu rupanya. Ada tetesan air mata yang jatuh ke pundakku. Ah, dingin.
Kutepuk-tepuk punggungnya penuh sayang. Kami begitu selama beberapa saat. Kemudian kulepas pelukan erat kami dan menatap wajah ayunya. “Maaf Kakak pulang terlalu lama,” ujarku lembut seraya mengelus-ngelus kepalanya. “Kamu cantik banget sekarang, Sunny.”
Sunny membalas senyum hangatku dengan tertawa lebar. Tangisnya sudah hilang walaupun aliran air mata masih membekas di pipinya.
“Kak Yuki juga tambah cantik,” ujarnya sumringah.
“Hohoho... Kakak mah bukan cantik lagi,” balasku percaya diri. “Tapi manis, imut, cantik jelita, dan cetar membahana,” candaku pongah seraya mengangkat sedikit dagu dan menempelkan tangan di pipi, persis tuan putri.
Sunny tertawa melihat tingkahku yang tidak berubah. Ia menepuk-nepuk pahaku sebagai pelampiasan karena tak kuasa menahan tawa. Ah, senangnya melihat dia tertawa seperti itu.
“Kakak masih update aja ternyata. Oh iya, Kak Yuki mau minum susu coklat sebelum tidur?” tanyanya ceria setelah tawanya reda. “Dulu kan, selalu minum susu tiap malam sebelum tidur. Biar Sunny yang buatin.”
Wow, dia masih ingat ternyata. Aku tersenyum geli sambil menggeleng. “Buatin susunya mulai besok aja, ya. Kakak boleh minta tolong ambilin air putih? Kakak haus banget, nih,” Aku menjawab sambil mengelus-ngelus kerongkonganku yang terasa sangat kering.
“Okeh, kak. Anything for you,”[1] balasnya sambil mengedipkan mata. Aku hanya membalasnya dengan tawa tanpa suara.
♥♥♥