IKATAN PEJUANG

NUR C
Chapter #6

6. Ketegangan di Sekolah dan di Ring

Aria melangkah ke halaman sekolah. Suasana menghempaskan rasa tenangnya. Di sudut, sekelompok anak laki-laki tertawa. Fajar, pemimpin kelompok, berdiri di tengah, matanya tajam menatap Aria.

“Eh, Aria! Mau ikut lomba lari?” Fajar berteriak, melempar bola basket ke arah Aria. Bola itu menghantam kakinya, memantul sebelum jatuh.

Aria menghindar, mengerutkan alisnya. Rasa hangat menjalar ke pipinya, ia berusaha tetap tenang. Di sampingnya, Vina menggenggam tangannya. “Ayo pergi,” katanya.

Tapi Aria merasa ada api dalam dadanya. Ia tidak ingin mundur. “Aku bukan mainanmu!” suaranya bergetar, tapi tegas.

Fajar tertawa, “Lihat, si kecil berani bicara!” Ia melangkah mendekat, mendorong Aria hingga terhuyung.

Rasa sakit menyengat, tetapi Aria tidak akan mundur. Ia menarik napas, mengingat semua yang ia alami. Ia tidak sendiri.

Vina berteriak, “Aria, jangan!”

Tetapi Aria melangkah maju. Ia mendorong Fajar, kali ini lebih kuat. Fajar terhuyung. Sekilas ada keheningan, lalu tawa bergemuruh.

“Bangkit, Aria!” suara Vina terdengar di latar belakang.

Dengan keberanian yang mengalir, Aria menghadapi Fajar. Saat Fajar bersiap menyerang, Aria menghindar dan memukul perutnya. Fajar terhuyung, terkejut.

“Jangan pernah merendahkan orang lain!” teriak Aria, semangatnya menggelegak. Teman-teman Fajar terdiam.

Bel berbunyi, menandakan akhir istirahat. Aria dan Vina melangkah cepat, tetapi tatapan Fajar tetap tertancap di belakang mereka.

Setelah pelajaran, Aria dipanggil ke ruang kepala sekolah. Jantungnya berdegup kencang saat ia memasuki ruangan. Fajar sudah duduk di sana, wajahnya masam, tangan menyilang di depan dada.

Kepala sekolah, seorang lelaki berambut hitam pekat, melihat keduanya. “Apa yang terjadi?” suaranya tenang, tetap tajam.

Fajar mengangkat bahu. “Cuma bercanda. Dia yang mulai duluan.”

Aria menegakkan punggungnya. “Dia yang mendorong saya duluan, Pak. Saya hanya membela diri.”

Lihat selengkapnya