Ikatan Tanpa Cinta

Dara Apriliani
Chapter #1

Pertemuan Dua Keluarga

"Yasmin, ayo cepat masuk. Jangan berdiri di situ saja!” Nurmala berbalik badan menghadap Yasmin, yang masih mematung di depan pintu salah satu restoran ternama di Jakarta.


Nurmala adalah Ibu Yasmin. Perempuan paruh baya itu, gegas menghampiri anak gadisnya, yang masih bergeming dari tempat ia berdiri.


“Cepat, Nak kedatangan kita sudah ditunggu,” ucapnya. 


Terus membujuk anak gadisnya.

Bukan, mengikuti perintah ibunya, Yasmin hanya menunduk. Gadis itu, sama sekali tidak ingin masuk ke dalam seperti saran ibunya. 

Yasmin tetap berdiri seperti patung. Gadis berbadan langsing itu menggenggam ujung dress panjang berwarna biru malam yang dipakainya.


“Yas, di sini saja ya, Bu.”


 Perempuan itu, mengangkat wajah. Ia menatap nanar bola mata ibunya yang berwarna coklat.


“Yas, ayolah masuk, jangan bikin ibu sama ayah malu. Kami berdua sudah janji buat, ketemu sama sahabat kami di sini sama kamu juga.”


“Kalau gitu, ibu masuk saja duluan. Nanti, Yas nyusul,” ucap gadis itu ragu-ragu.


“Ya sudah terserah kamu saja. Tapi, kamu janji ya akan menyusul. Ibu tunggu di dalam. Awas! kalau berani bohong. Nanti, ibu jewer telinganya!” ancam Nurmala. 


Perempuan paruh baya itu menggerakkan tangannya, seperti sedang menarik telinga seseorang.


“Iya, Bu, Yasmin Janji.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.


“Kalau sudah masuk, langsung saja cari meja nomor tiga belas ya, Yas.” 


“Iya, Bu,” jawab Yasmin lirih.


Nurmala kemudian memutar badannya, perempuan itu melangkah masuk untuk menemui anggota keluarga sahabatnya dan suaminya. Pak Rekan, suaminya itu memang sudah pamit masuk terlebih dulu.


Setelah kepergian ibunya, Yasmin membuka tas kecil yang berwarna senada dengan dressnya. Lalu merogoh tas tersebut mencari benda pipih panjang miliknya. Setelah, menemukan gadis itu, menatap lesu ke arah layar ponselnya.


“Kamu ke mana sih, Sa? Dari pagi tadi sulit banget dihubungi!” batinnya. 


Yasmin menekan nomor Aksara, pacarnya dengan rasa kesal. 


Lagi-lagi, pria itu sulit sekali dihubungi. 


Yasmin lalu memasukkan ponsel dengan kasar, perempuan itu menghentak-hentakkan kaki. Mukanya pun berubah masam.


Hingga, membuat Pak Satpam yang berdiri di pintu jaga restoran, menyadari tingkah konyol Yasmin. Lelaki bertubuh jangkung itu segera menghampiri perempuan yang berjarak beberapa langkah dari tempatnya berdiri.


“Malam, Mbak, saya perhatikan sedari tadi tampaknya sedang gelisah. Apakah, Mbak butuh bantuan?” tanya satpam itu. Ia mengamati Yasmin sembari tersenyum.


“Oh malam juga, Pak. Saya gak ada masalah kok. Terima kasih sudah menawarkan bantuan. Kalau gitu saya masuk dulu.” Yasmin tersenyum tipis kepada lelaki itu merasa tidak enak hati. Ia langsung bergegas masuk. Tanpa menoleh ke belakang lagi.


Yasmin sangat malu. Ia berpikir mungkin saja tingkahnya tadi sudah membuat orang-orang risih. Termasuk satpam tersebut.


*

Sementara itu di dalam restoran, di meja nomor tiga belas. Dua keluarga telah berkumpul. 


“Bu, Yasmin mana? Kok, gak datang ke sini sama ibu?” tanya Rekan berbisik di telinga Nurmala. 


“Yasmin masih di depan restoran, Yah. Ia bilang nanti nyusul ke sini,” ucap Nurmala memelankan suaranya.


“Kok kamu membiarkan dia sendirian. Kalau dia kabur gimana? Bukannya kamu tahu anak itu, menolak mentah-mentah perjodohan ini.”


Lihat selengkapnya