Aksara keluar dari kafe dengan perasaan yang teramat sakit. Mungkin lelaki itu di hadapan Yasmin seolah terlihat biasa saja.
Saat mengakhiri hubungannya yang terjalin dua tahun belakangan ini bersama wanita cantik itu. Namun, tidak dengan hatinya yang kini telah hancur lebur tak tersisa.
Aksara menuju tempat parkir dengan berjalan gontai.
“Dua ribu, Dek!” ucap tukang parkir.
Aksara menyerahkan satu lembar uang sepuluh ribu ke tukang parkir dengan wajah datar, lalu menaiki kendaraannya. “Makasih, Bang kembaliannya ambil aja,” sahutnya.
“Waduh, makasih ya, Dek Aksa baik bener dah.”
Tukang parkir itu memang sudah lama mengenal Aksara. Sebab, Yasmin dan Aksara selalu menjejakkan kaki di sini untuk bersantai saat masih pacaran.
Aksara tersenyum tipis ke arah tukang parkir itu.
“Sama-sama. Kalau gitu saya jalan dulu ya, Bang.”
“Iya, hati-hati di jalan ya, jangan ngebut!” Nasihat tukang parkir.
Aksara hanya membalasnya dengan senyuman.
Di sepanjang perjalanan, Aksara hanya melamunkan tentang kisahnya dan Yasmin sebelum hubungan mereka kandas.
Kenangan masa lalu berputar bagai kaset di dalam ingatannya.
“Sa, lo yakin pas selesai ospek bakal tembak tuh junior?”
Lintang sahabat Aksara menunjuk salah satu wanita cantik dengan rambut yang digulungnya rapi, tengah duduk dengan tiga orang teman wanitanya. Mereka sedang asyik berbincang. Sesekali mereka tersenyum-senyum atau tertawa cekikikan.
Aksara menganggukkan kepala. “Ya, selesai ospek gue bakal nembak tuh cewek. Tunggu aja!”
“Tapi lo harus siap-siap patah hati, Sa.” Guntur sahabat Aksara juga ikut menimpali.
“Emangnya kenapa?”
“Banyak banget yang ngantri buat dapetin tuh junior, termasuk gue!” Guntur menepuk-nepuk dadanya dengan pelan.
“Gak ada sejarahnya Aksara patah hati sama satu cewek. Gue bakal bersaing sama cowok satu kampus termasuk lo Tur, buat dapetin dia!” Aksara menunjuk ke arah junior perempuan itu.
Tanpa sengaja mata Aksara dan junior perempuan itu menyatu. Membuat Aksara tak berkutik. Lelaki penyuka olahraga bola basket itu tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya kepada siapa pun.
Dunia seakan berhenti saat ia menatap mata hitam pekat milik perempuan itu.
Aksara tersenyum-senyum sendiri saat mengendarai motornya, mengingat junior perempuannya itu, yang tidak lain adalah Yasmin perempuan yang baru beberapa menit lalu, ia putuskan.
Aksara kembali tersenyum saat membayangkan betapa susahnya pria itu mendapatkan Yasmin. Butuh, waktu yang lama untuk Yasmin membalas cintanya. Beberapa kali Aksara menyatakan cinta, tapi Yasmin selalu menolak dengan alasan ingin fokus kuliah tanpa ingin pacaran.
Sampai suatu hal yang membuat hati Yasmin luluh. Aksara dengan gerakan cepat membawanya ke klinik kampus saat asma wanita itu kambuh. Di situlah kedekatan mereka bermula, sampai akhirnya pacaran.
Namun, sialnya tiba-tiba saja, kenangan itu berganti bagai roda. Berputar ke kejadian malam itu saat pertemuan dua keluarga.