Sala da pranzo—ruang makan—Olive Garden, salah satu restoran fine dining Italia terbaik di Jakarta, terasa lengang. Terlebih setelah keriuhan yang terjadi sepanjang sore. Denting peralatan makan dari para undangan sudah menghilang. Alunan musik klasik yang mengisi ruang tidak lagi terdengar. Seluruh cameriere dan para chef sudah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.
Keheningan kembali pada tempatnya. Mengambang di udara.
Di tepi salah satu jendela Gytha berdiri dalam sunyi. Pada penghujung hari dia selalu membutuhkan hening untuk mengisi ulang jiwanya. Sambil menyesap virgin mojito, Gytha menatap langit yang mengintip dari jendela. Membiarkan dirinya tenggelam dalam dunia tanpa suara. “Gytha? Kirain lo udah balik.” Arianne, manajer Olive Garden memecah hening.
Gytha berbalik ke arah Arianne yang sedang menuruni tangga bersama David. “Belum. Ini baru siap-siap mau pulang. Kalian udah mau balik?”
“Kami mau ke Lucy In The Sky dulu. Sebulan ini gue stres nyiapin acara tadi sore, jadi sekarang gue pengin senang-senang!” Arianne menjawab sambil menarik sebuah kursi makan dan duduk di samping Gytha. “Itu mojito?”
“He eh.” Gytha menganggukkan kepala. “Tapi, nggak seenak bikinan David.”
David mengambil gelas dari tangan Gytha dan mencicipnya. “Lo langsung bikin di gelas, ya? Nggak pakai shaker?”
“Enggak. Salah, ya?”
“Salah, sih, nggak. Cuma rasanya kurang keluar aja. Mau gue bikinin?”
“Boleh.” Gytha tersenyum lebar. Virgin mojito adalah minuman kesukaannya selain kopi, dan buatan David adalah yang terbaik. “Eeeh! Tapi, bukannya kalian udah mau jalan, ya?”
“It’s okay, nggak bakal lama, kok.” David berjalan menuju bar yang terletak di sudut sala da pranzo. Olive Garden tidak menyediakan minuman beralkohol, kecuali wine. Dan, hanya dihidangkan jika ada permintaan. Bar digunakan untuk menyediakan minuman aperitivo analcolico, minuman pembuka tanpa alkohol, seperti virgin mojito atau anguariata.
Arianne menyilangkan kakinya. “Lo nggak mau ikut?”
“Lucy In The Sky, ya? Udah lama nggak ke sana.” Gytha kembali menatap langit malam.
“Ikut, yuk? Mumpung Bapak David mau nraktir,” Arianne berseru dengan bersemangat.