Malam itu, Yuli dan Amel bersiap untuk melaksanakan shalat malam di pesantren. Suasana pesantren terasa lebih sepi dan hening dari biasanya, suara angin berbisik di antara pepohonan. Keduanya beranjak dari kamar, melewati lorong-lorong gelap yang diterangi oleh lampu-lampu kecil, menuju tempat wudhu di belakang gedung utama.
Saat mereka sedang berwudhu, Yuli tiba-tiba mendengar suara keramaian dari belakang gedung kesehatan. Suara tawa, canda, dan alunan musik menggema, seolah ada pesta yang sedang berlangsung. "Amel, dengar nggak? Ada suara ramai di belakang," ujar Yuli, rasa ingin tahunya membuncah.
Amel menghentikan gerakannya dan mengernyitkan dahi. "Iya, aku dengar. Ayo kita lihat!" Ia tampak bersemangat, mengangkat handuk yang terlipat di tangannya.
Yuli dan Amel melangkah pelan ke arah suara itu. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke misteri yang menanti di belakang gedung. Ketika mereka tiba, pemandangan yang terhampar di depan mata mengejutkan. Sekelompok orang berkumpul, menari-nari dengan gembira. Ada yang menyanyikan lagu-lagu tradisional, sementara anak-anak berlarian, tertawa ceria, dan orang dewasa bercanda ria.
"Ini aneh," bisik Yuli, matanya tak bisa lepas dari keramaian itu. "Mereka bukan manusia." Bulu kuduk Yuli naik seketika.
Amel tampak terpesona. Tanpa sadar, ia mulai melangkah maju, seolah menarik magnet. Yuli mencoba menahan Amel, tetapi ia sudah meluncur ke tengah keramaian, bergabung dengan para penari. Jantung Yuli berdetak kencang. Ia merasa ada yang tidak beres. Ketika mencoba menarik tangan Amel kembali, ia terkejut mendapati tubuh Amel terasa begitu berat, seolah terikat oleh sesuatu yang tak terlihat.
"Amel! Kembali! Kita harus pergi!" teriak Yuli, panik. Namun Amel tidak mendengarnya, ia terus menari, wajahnya ceria dan seolah berada dalam trance.
Yuli merasa ketakutan melanda. Dengan sekuat tenaga, ia menarik tangan Amel, tetapi tidak berhasil. Suasana di sekitar semakin mengerikan. Yuli mengalihkan pandangannya sejenak dan saat ia menoleh kembali, Amel sudah tenggelam dalam keramaian, terhanyut oleh irama yang tidak bisa ia pahami.
Ketakutan semakin mendorongnya untuk pergi. "Aku harus mencari bantuan!" pikirnya, lalu berlari menuju ruang ust Jamin. Rasa cemas mendorongnya melangkah lebih cepat.
Sesampainya di ruang ust Jamin, Yuli mengetuk pintu dengan panik. "Ust! Ust Jamin! Tolong, Amel butuh bantuan!"
Ust Jamin yang sedang membaca buku segera berdiri, memperhatikan wajah Yuli yang pucat. "Ada apa, Yuli?"
"Di belakang gedung kesehatan, ada pesta aneh! Amel terjebak di sana!" Yuli menjelaskan dengan cepat, suaranya bergetar.
Tanpa menunggu lebih lama, ust Jamin mengikuti Yuli ke arah keramaian. Setiap langkah mereka menuju lokasi itu diwarnai ketegangan. Ust Jamin merasakan aura yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa menyelimuti area itu.