ILAFAT

Topan We
Chapter #18

Hari Ke 9

Pagi yang sejuk menyelimuti perkampungan kecil di pedesaan yang begitu asri. Embun masih menempel pada daun-daun pepohonan yang menjulang tinggi, sementara udara segar mengalir masuk ke sela-sela jendela rumah-rumah warga. Aki Yunus, seorang lelaki tua dengan langkah yang semakin pelan, keluar dari rumahnya yang sederhana. Dengan sebatang tongkat kayu yang dipegang erat di tangan kanan, ia melangkah menghampiri seorang tukang ojek yang sudah menunggunya di depan rumah.

Aki Yunus sudah sangat mengenal jalan-jalan sempit ini, setiap batu di jalanan seolah sudah menjadi sahabatnya. Ia adalah sosok yang penuh dengan hikmah, yang telah hidup dalam kebijaksanaan dan pengalaman yang berharga sepanjang hidupnya. Walau tubuhnya renta dan langkahnya tak secepat dulu, semangatnya untuk menjaga silaturahmi dan menimba ilmu tak pernah surut.

Di sebuah tikungan jalan, Aki Yunus berhenti sejenak. Di depannya, gerbang pesantren sudah tampak. Dengan tenda-tenda besar dan bangunan yang menjulang tinggi, pesantren itu terlihat seperti sebuah tempat yang penuh dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Namun, hari itu ada sesuatu yang berbeda. Di depan gerbang pesantren, berdiri sesosok makhluk yang tak bisa dijelaskan oleh logika. Sosok itu tegak di sana, seperti sedang menunggu sesuatu, atau seseorang. Matanya yang tajam menatap ke arah jalan yang akan dilalui Aki Yunus, dan meskipun sosok itu terlihat seperti manusia biasa, ada sesuatu yang ganjil dari pancaran matanya.

Aki Yunus berhenti sejenak, matanya yang sudah kabur oleh usia mencoba menilai makhluk yang berdiri itu. Hati tua Aki Yunus merasakan ada yang tidak biasa, sesuatu yang mengusik rasa tenangnya. Tidak seperti biasanya, ia merasa ada getaran aneh di udara. Ia menatap lebih seksama, berusaha mengenali sosok itu. Tidak ada suara, hanya hembusan angin yang menerpa daun-daun di sekitarnya. Sejenak, Aki Yunus merasakan dirinya seolah terhubung dengan alam semesta, dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

"Siapa...?" gumamnya pelan, suara yang hampir tidak terdengar.

Tiba-tiba, sosok itu bergerak, melangkah perlahan ke arah Aki Yunus. Dengan langkah yang tak terduga, sosok itu semakin mendekat. Aki Yunus merasa ada sesuatu yang luar biasa tentang makhluk ini, bukan hanya bentuk tubuhnya yang tegak dan tinggi, tetapi juga sosoknya yang begitu menyeramkan. Dengan bulu lebat dan warna tubuhnya yang hitam pekat. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Burhan...?" Aki Yunus berbisik, seolah mengetahui siapa yang berdiri di hadapannya.

Sosok itu berhenti tepat di depan Aki Yunus. Ia menatap Aki Yunus dengan mata yang begitu tajam, seperti mencoba menembus kedalaman jiwa lelaki tua itu. Tanpa kata-kata, tetapi entah kenapa Aki Yunus merasa seolah waktu berhenti sejenak. Suasana menjadi hening, hanya suara detak jantung yang terdengar di telinga Aki Yunus.

Lihat selengkapnya