ILAFAT

Topan We
Chapter #21

Hari Ke 12

Malam itu, langit berbalut awan kelabu, seolah hendak menutup seluruh kehidupan yang ada di dunia. Ustad Jamin, yang berada di ruang kesehatan, sebuah ruang sederhana yang terletak di salah satu sudut pesantren, masih terkulai lemas. Namun, malam itu ada sesuatu yang berbeda. Perasaan aneh merayap di dada, seakan ada sesuatu yang menunggunya di luar sana, di balik tembok tinggi yang membatasi pesantren dengan dunia luar.

Sementara di dalam pesantren, para santri yang sudah selesai dengan tugas-tugas harian mereka, sedang bersiap untuk tidur. Namun, dua santri yang bertugas piket malam, Aang dan Wardi, masih belum merasakan kantuk. Mereka berkeliling, memastikan bahwa pesantren tetap aman dari segala gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Langkah mereka membawa mereka ke belakang pesantren, sebuah area yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan.

Mestinya Aang dan Wardi tidak pergi ke area belakang pesantren. Entah apa yang membuat mereka dipaksa menghampiri tempat tersebut. Mereka berhenti di depan sebuah makam kecil yang terletak di ujung halaman belakang. Makam itu sudah lama tidak terurus, bahkan banyak rumput yang tumbuh tinggi di sekitarnya. Makam ini sudah terkenal di kalangan para santri dan seisi pesantren, namun tak banyak yang tahu siapa yang dimakamkan di sana. Konon, makam itu adalah tempat bersemayam seorang wali yang memiliki kekuatan ghaib. Ada juga yang berpendapat bahwa makam itu adalah milik seorang kakek tua yang dulu menemukan desa ini. Meskipun begitu, tidak ada yang berani mendekatinya, kecuali jika mereka diutus oleh ustad atau kyai.

Aang dan Wardi yang penasaran, melirik ke makam itu dengan hati-hati. Mereka mengobrol ringan, berusaha mengusir rasa takut yang mulai merayap. Namun tiba-tiba, suara yang tidak biasa mengganggu ketenangan malam. Suara percakapan yang samar terdengar dari belakang makam.

"Apa itu?" tanya Wardi, suaranya berbisik.

Aang mengerutkan kening, mencoba menenangkan diri. "Mungkin hanya angin," jawabnya, meski suaranya terdengar ragu. Mereka melangkah perlahan ke arah suara itu, semakin dekat, hingga akhirnya mereka tiba di balik makam.

Betapa terkejutnya mereka ketika melihat sosok yang tengah berdiri dengan tubuh tegap di sana. Itu adalah Ustad Jamin, guru mereka yang saat ini sedang di rawat di ruang kesehatan. Namun, malam itu, Ustad Jamin tampak berbeda. Wajahnya kosong, matanya terpejam, dan tubuhnya bergerak-gerak dengan gerakan yang aneh—seperti sedang menari, namun sangat kaku dan penuh dengan kekuatan yang sulit dijelaskan.

Gerakan tubuh Ustad Jamin semakin cepat dan tidak wajar. Tangan-tangannya melambaikan gerakan yang aneh, seakan sedang memanggil sesuatu yang tak tampak oleh mata manusia biasa. Kaki-kakinya melangkah dengan langkah yang tak teratur, dan sesekali tubuhnya berputar seperti sedang berinteraksi dengan dunia lain yang hanya dapat dijangkau oleh makhluk ghaib. Ada sesuatu yang sangat mengerikan dalam setiap gerakan tubuhnya, seolah-olah ia bukan lagi manusia biasa.

Lihat selengkapnya