ILAFAT

Topan We
Chapter #27

Hari Ke 18

Malam itu, angin berhembus pelan, menyeret udara dingin yang menembus setiap celah jendela pesantren. Suasana di pondok pesantren itu sunyi, kecuali sesekali terdengar suara langkah kaki santri yang berjalan cepat menuju kamar mereka. Sebagian di dalam kamar-kamar yang terbagi oleh tirai bambu, beberapa santriwati sedang terlelap, ada yang sedang merenung, sementara yang lainnya sedang tidur dengan tenang. Namun, bagi Yuli, malam itu terasa berbeda. Sesuatu yang tak biasa menggantung di udara.

Yuli terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa hangat setelah dibalut selimut tebal. Namun, perasaan aneh tiba-tiba mengusik dirinya. Ia merasa ada yang tidak beres, meskipun semuanya tampak biasa saja. Ia menoleh ke sebelah tempat tidur, di mana sahabatnya, Amel, masih tertidur pulas. Namun, perut Yuli mulai terasa sakit. Sepertinya, ia harus pergi ke kamar mandi.

Yuli menarik selimutnya perlahan dan bangkit dari tempat tidurnya. Ia menatap sejenak jam dinding yang menggantung di dinding kamar. Jam menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit tengah malam. Gelap gulita di luar, tak ada cahaya kecuali dari lampu kecil yang terpasang di sepanjang lorong pesantren.

Dengan langkah hati-hati, Yuli melangkah keluar kamar dan menuju lorong. Suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara detak jantungnya yang berdegup lebih kencang dari biasanya. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya, tetapi Yuli mencoba menepis perasaan itu. Lagipula, ia hanya akan ke kamar mandi sebentar. Ia menenangkan dirinya, mencoba meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.

Di ujung lorong, terlihat pintu kamar mandi yang samar-samar terlihat dalam kegelapan. Yuli berjalan dengan cepat, seolah ada yang mengawasi dirinya. Saat ia membuka pintu kamar mandi, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Suasana kamar mandi itu lebih gelap dari biasanya, meskipun ada cahaya remang dari lampu di luar.

Yuli menutup pintu kamar mandi dengan hati-hati dan berdiri di depan kloset. Namun, belum sempat ia melakukan apa yang ingin ia lakukan, suara bisikan lembut terdengar. Bisikan itu sangat pelan, hampir tak terdengar, namun jelas sekali ia mendengarnya.

"Yuli... tolong... tolong... Yuli..."

Suara itu begitu familiar. Yuli merasa matanya terbelalak, tubuhnya tiba-tiba kaku. Suara itu... suara itu adalah suara Ustaz Jamin. Suara bisikan itu terdengar sangat lemah dan penuh dengan keputusasaan.

"Ustaz Jamin?" bisik Yuli pelan, namun suara itu terdengar begitu jelas di telinganya. Suara yang penuh permintaan tolong itu terus berulang. "Tolong... Yuli... tolong..."

Yuli merasa darahnya berdesir. Ia ingin berlari keluar, namun tubuhnya seperti dibekukan oleh sesuatu yang tak terlihat. Dalam kepanikan, ia meraih gagang pintu dan segera membuka pintu kamar mandi, tetapi tiba-tiba suara itu berhenti.

Lihat selengkapnya