ILAFAT

Topan We
Chapter #28

Hari Ke 19

Pengajian di pesantren hari itu seperti biasa, dimulai dengan pembacaan kitab kuning oleh para santri laki-laki yang duduk rapi, khusyuk menyimak nasihat dari Ustadz Fatur. Kitab yang mereka baca adalah tafsir, menuntun mereka untuk mendalami agama dengan hati yang bersih dan pikiran yang lapang. Kesejukan di dalam ruangan itu terasa begitu dalam, udara sejuk yang mengalir dari jendela yang terbuka sedikit menghidupkan suasana penuh hikmah.

Namun, suasana yang tenang ini mendadak berubah ketika tiba-tiba sebagian santri mencium wangi yang sangat kuat. Wangi itu begitu menyengat dan tajam, seolah datang dari jauh, namun terasa begitu dekat. Wangi misik yang khas, campuran harum yang seakan membawa aura-aura mistis yang kuat, membius indra penciuman mereka. Keheningan seketika menyelimuti, dan setiap santri menoleh dengan rasa heran satu sama lain.

"Masya Allah," bisik salah seorang santri,

Ustadz Fatur, yang biasanya begitu tenang, seolah menangkap ketegangan di udara. Ia memandang sekeliling dengan bijak, seperti merasakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar aroma yang tercium.

"Semoga itu pertanda yang baik," kata Ustadz Fatur, suaranya tenang namun penuh arti. "Allah SWT memberikan petunjuk dalam berbagai bentuk, dan semoga ini adalah tanda bahwa ilmu yang kita pelajari akan membawa berkah."

"Amin," timpal beberapa santri.

Namun, saat kalimat itu terucap, kejadian tak terduga pun terjadi. Sebuah lemari besar yang penuh dengan kitab-kitab kuning yang mereka baca jatuh dengan suara keras. Bunyi berdebam itu menggetarkan seluruh ruangan. Kitab-kitab yang telah tersusun rapi itu berhamburan, mengacak-acak lantai dengan bunyi gemerincing yang mengerikan. Santri-santri langsung berdiri dan bergegas merapikan buku-buku tersebut, namun terkejut dan bingung dengan kejadian yang baru saja mereka alami.

"Astaghfirullah," kata Burhan, Ia selalu merasakan adanya sesuatu yang tak beres setiap kali terjadi hal-hal ganjil semacam ini. "Ini tidak biasa, Ustadz. Ada sesuatu yang datang."

Ustadz Fatur mengangguk pelan, meski wajahnya tetap tenang. "Jangan panik, Burhan. Dan semuanya para santri, mudah-mudahan ini bukanlah apa-apa." Ustad Fatur mencoba menenangkan suasana.

Namun, keheningan yang sempat kembali terjaga itu tak bertahan lama. Tiba-tiba, seorang santriwati muncul dari pintu ruangan dengan wajah cemas dan napas yang terengah-engah. Wajahnya pucat, matanya penuh kekhawatiran.

"Ustadz," katanya tergesa-gesa, "Ustadzah Mila ustad.. dia... dia muntah-muntah."

Lihat selengkapnya