ILAFAT

Topan We
Chapter #31

Hari Ke 22

Sudah hampir tengah malam, namun suasana di rumah ustad Jamin masih terasa sepi. Rumah itu berdiri kokoh di ujung jalan desa, dengan atap yang tampak sudah sedikit pudar, seiring bertambahnya usia. Lampu-lampu di dalam rumah menyala remang-remang, memberikan kesan yang hening dan damai. Namun, di balik kesunyian itu, hati seorang ibu sedang diliputi oleh kecemasan yang mendalam.

Ibu Ustad Jamin, wanita paruh baya yang wajahnya sudah dihiasi beberapa garis halus tanda pengalaman hidup, tengah melangkah perlahan menuju kamar anak sulungnya. Keinginannya untuk memastikan keadaan Ustad Jamin—yang akhir-akhir ini sering kali bertingkah aneh—membuatnya tak bisa tidur. Pintu kamar ustad Jamin terlihat setengah terbuka. Tanpa membuat suara, ibunya mengintip ke dalam.

Apa yang dilihatnya membuat jantungnya berhenti sejenak. Ustad Jamin sedang berdiri tegak di atas sajadah, kedua tangannya diangkat lurus ke atas dengan posisi yang tampaknya tidak biasa. Ia tampak seperti sedang melakukan gerakan shalat, namun gerakan tangan yang lurus ke atas itu sama sekali tidak sesuai dengan gerakan shalat yang di ajarkan.

Ibu Ustad Jamin mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang dilihatnya itu tidak nyata. Namun, kenyataannya tetap sama. Tubuhnya terdiam, seolah tak mampu bergerak. Jantungnya berdetak kencang, rasa khawatir semakin menggelayuti pikirannya. Apa yang sedang dilakukan anaknya itu? Mengapa ia bertingkah seperti itu? Gerakan yang sangat asing, jauh dari ajaran yang selama ini diajarkan kepadanya.

Setelah beberapa saat, ustad Jamin akhirnya menyelesaikan gerakan yang tampak aneh itu dan segera menurunkan tangannya. Ia tampak menyelesaikan shalatnya dengan khusyuk, tanpa menyadari bahwa ibunya sudah menyaksikan semua yang terjadi.

Ibu ustad Jamin menutup pintu kamar dengan hati-hati dan segera pergi menuju ruang tamu. Selama kejadian tadi, pikirannya tak bisa berhenti memutar apa yang baru saja dilihatnya. Apa yang sedang terjadi dengan ustad Jamin? Mengapa ia melakukan hal-hal seperti itu?

Ketika ustad Jamin keluar dari kamarnya, ia menemukan ibunya sudah duduk di ruang tamu. Wajahnya tampak cemas, namun ia mencoba menutupi kegelisahannya. Saat anaknya duduk di hadapannya, ibu ustad Jamin memulai pembicaraan.

“Jamin,” kata ibu dengan suara pelan, “tadi… apa yang kamu lakukan di kamar? Apa kamu sedang shalat?”

Ustad Jamin menatap ibunya, wajahnya datar, seolah tidak ada yang aneh dengan apa yang baru saja dilakukannya. “Iya, Mak. Saya shalat,” jawabnya singkat.

Ibu ustad Jamin mengernyitkan dahi, tidak yakin dengan penjelasan itu. “Tapi… itu bukan gerakan shalat yang biasa kamu lakukan. Kamu mengangkat tanganmu dengan lurus ke atas seperti itu. Itu bukan cara yang diajarkan dalam shalat.”

Lihat selengkapnya