ILAFAT

Topan We
Chapter #33

Hari Ke 24

Sinar matahari menembus celah-celah jendela kamar Burhan, memberikan kehangatan yang lembut di dalam ruangan yang sunyi. Burhan, seorang santri yang baru beberapa bulan berada di pesantren itu, tengah duduk bersila di atas tikar tipis yang tersusun rapi di lantai kamarnya. Wajahnya yang khas dengan garis rahangnya yang tajam dan matanya yang cerah, tampak khusyuk, sementara tangan kanannya memegang tasbih kecil yang mulai melilit di telapak tangannya. Di luar, suara kokok ayam dan deburan angin menyatu, seakan turut menambah suasana yang khusyuk di pagi hari.

Namun, meskipun kondisi sekitarnya penuh dengan kedamaian, hati Burhan tengah gelisah. Tugas-tugas dari kiyai yang diberikan kepada ustad-ustad pesantren terus berputar di benaknya. Ia baru saja mendengar kabar bahwa kiyai mengutus beberapa ustad untuk melakukan wirid di beberapa titik di area pesantren.

Tiba-tiba, dalam heningnya pagi itu, Burhan mulai melantunkan wirid yang sudah menjadi rutinitasnya. Suara lirihnya yang terdengar begitu lembut seolah mencairkan segala kegelisahannya. Ia mulai membaca kalimat-kalimat doa yang sudah diajarkan oleh kiyai, meresapi makna dan mendalami kekhusyukan di setiap huruf yang dibacanya. Setelah beberapa saat, perasaan damai mulai merasuki dirinya, dan ketenangan mulai memenuhi ruang hatinya.

Namun, tiba-tiba, entah mengapa, Burhan merasakan sebuah bisikan halus di dalam hatinya. Bisikan itu begitu lembut, seolah berasal dari jauh, namun begitu jelas terdengar di dalam pikiran dan jiwanya. "Cipratkan air doa di sekitar pesantren," bisik suara itu. Burhan terkejut, dan matanya terbuka lebar, seolah mencoba menangkap sumber bisikan itu. Namun tak ada seorang pun di kamarnya. Semua terasa sunyi.

"Apakah itu perasaan saya sendiri?" gumam Burhan. Ia merasakan ketegangan yang mulai muncul, tetapi ia juga merasakan sebuah keyakinan yang kuat bahwa bisikan itu bukan berasal dari dirinya sendiri. Perlahan, ia mencoba menenangkan pikirannya. Ia berpikir untuk tidak terburu-buru menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh atau menakutkan.

Namun, bisikan itu kembali terdengar lebih jelas, "Cipratkan air doa di sekitar pesantren. Lakukanlah, untuk menahan para makhluk itu memasuki wilayah pesantren."

Lihat selengkapnya