Terdengar suara jangkrik dan angin malam yang bertiup lembut di luar rumah. Di dalam, Ust Jamin tengah duduk di sudut kamar, memusatkan perhatian pada wirid yang baru saja ia baca. Suara lirih dzikir yang ia lafalkan terasa begitu mendalam, menyatu dengan kehampaan malam. Sesekali ia menghela napas, merasakan kedamaian yang datang dari dalam dirinya. Tak ada yang aneh, hanya keheningan yang menenangkan.
Namun, Ada sesuatu yang tak kasatmata mengintai, menunggu saat yang tepat untuk memasuki ruang tubuh ustad Jamin. Setelah beberapa saat, seperti sebuah panggilan yang tak terjawab, ustad Jamin tiba-tiba bangkit dari duduknya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, ia melangkah menuju pintu kamar.
Ibu ustad Jamin, yang terjaga di kamar sebelah, mendengar suara langkah kaki yang aneh. Suara itu tidak terdengar seperti langkah putranya yang biasa. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak wajar. Hati ibu ustad Jamin mulai diliputi kecemasan. Ia mencoba memejamkan mata, berharap itu hanya perasaan, namun langkah-langkah itu semakin mendekat.
Ustad Jamin, yang biasanya lembut dan penuh keceriaan, kini tampak berbeda. Langkahnya cepat dan berat, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang semula tenang kini tampak kosong, tak memancarkan cahaya ketenangan seperti yang biasa ia bawa. Seakan-akan, ia bukanlah ustad Jamin yang dikenal, melainkan seseorang yang telah dirasuki oleh kekuatan lain.
Dengan tanpa arah yang jelas, ustad Jamin melangkah ke dapur. Di sana, ia melihat beberapa benda yang ada di atas meja. Tanpa ragu, matanya tertuju pada pisau yang terletak di sudut meja. Ia meraih pisau itu dengan gerakan cepat, seolah ada dorongan dari dalam dirinya yang tak bisa ditahan. Ia memainkannya sebentar, menggerakkan pisau itu dengan tangan yang tidak lagi terlihat tenang.
Kadang, ada saat-saat di mana kesadaran ustad Jamin muncul kembali. Ia membaca istighfar dengan suara pelan, seakan-akan menangisi beban berat yang ia rasakan di dalam tubuhnya. Tapi kesadaran itu datang dan pergi begitu cepat. Ustad Jamin pun kembali terlarut dalam kondisi yang tak ia pahami.
Ia lalu pergi menuju kamar mandi, tanpa ada niat untuk berhenti. Air kran yang mengalir memenuhi suasana malam yang sepi. Tubuhnya diguyur dengan air dingin, seakan ingin menghapus sesuatu yang mengganggu dalam dirinya. Namun, ibunya yang tengah tertidur mendengar suara air yang mengalir. Suara itu memecah keheningan malam, membuat ibu ustad Jamin terbangun dengan cemas.
Ibu ustad Jamin segera bangkit dari tempat tidurnya, terburu-buru menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi terbuka, ia melihat ustad Jamin masih mengenakan pakaian shalatnya, berdiri di sana dengan tubuh yang basah kuyup. Matanya kosong, seperti tidak menyadari keberadaan ibunya.
"Istighfar... Ya Allah, kenapa ini semua terjadi?" gumam ibu Ust Jamin dalam hati.