Keesokan harinya, Ustad Fatur dan Burhan tengah berada di ruang tamu kiyai. Udara di luar begitu segar, akan tetapi suasana hati mereka terasa penuh kecemasan. Tadi malam, kejadian yang cukup mencurigakan menimpa ustad Jamin, seorang sahabat sekaligus guru bagi Burhan, dan mereka merasa perlu menemui kiyai untuk meminta izin sebelum berangkat menjenguknya.
Ustad Fatur, dengan wajah yang sedikit lelah, memulai percakapan. "Bah, kami datang untuk meminta izin untuk menjenguk ustad Jamin. Semalam, ada kejadian yang mengganggu dirinya, dan kami sangat khawatir akan keadaannya."
Kiyai Majid, yang sedang duduk di kursinya memandang tajam kedua muridnya dengan mata penuh kebijaksanaan. Suasana ruangan yang hening, ditambah dengan aroma dupa yang masih tercium, menciptakan kedamaian di antara mereka. Namun, kiyai tahu betul bahwa kekhawatiran di hati kedua muridnya itu bukan tanpa alasan.
"Apa yang terjadi pada ustad Jamin?" tanya kiyai dengan suara yang dalam namun tenang.
Ustad Fatur menjelaskan secara perlahan, mengisahkan semua kejadian semalam. Keanehan yang dialami oleh ustad Jamin, yang tampak seperti ada kekuatan yang menguasai dirinya, sebuah energi negatif yang begitu pekat dan sulit dijelaskan dengan logika. Meskipun ustad Jamin telah berusaha untuk melawan makhluk itu, ia tampak tak kuat dan seperti ada sesuatu yang menahan jiwanya.
Kiyai Majid mendengarkan dengan seksama, wajahnya menunjukkan tanda-tanda serius. Ia menarik napas dalam-dalam, seakan merenung sejenak. "Baiklah, kamu dan Burhan sekarang berangkat menemui ustad Jamin. Tapi ingat, kalian tidak hanya membawa doa dan semangat, tetapi juga harus memperkuat akidahnya. Ustad Jamin bukan hanya membutuhkan pertolongan fisik, tetapi juga batin."
Ustad Fatur mengangguk penuh pengertian. "Insya Allah, Bah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin."
Saat mereka hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba kiyai memanggil Ustad Fatur kembali. "Ustad Fatur," katanya dengan suara lebih lembut, "Ingatlah selalu untuk mengingatkan Burhan, untuk terus menjaga dan menguatkan akidahnya juga. Jangan biarkan dia terjerumus dalam keraguan."
Ustad Fatur menundukkan kepala, menyadari betul akan tanggung jawab besar yang diembannya. "Kami akan menjaga itu, Bah. Kami minta doanya ya Bah."