ILAFAT

Topan We
Chapter #40

Hari Ke 31

Setelah tahlil yang diadakan di pesantren, suasana malam itu terasa begitu sunyi. Ustad Fatur, baru saja selesai memimpin doa dan tahlil untuk almarhum Aang. Semuanya berjalan lancar, namun ada sesuatu yang terasa mengganjal di dalam hati ustad Fatur. Ibu ustad Jamin, menelponnya dan menyampaikan permintaan agar beliau segera datang ke rumahnya. Ibu ustad Jamin meminta ustad Fatur untuk berbicara dengan Ustad Jamin, yang kini mulai menunjukkan tanda-tanda yang mencurigakan. Ustad Fatur merasa ragu, tetapi sebagai seorang sahabat, yang selalu mengutamakan kepedulian, ia tidak bisa menolak.

Malam itu, ia meminta izin kepada Kiyai Majid untuk pergi ke rumah ustad Jamin lagi. Kiyai Majid, yang sedang duduk sila dan membaca surat Yasin, menatap Fatur dengan tajam.

“Pergilah, Fatur. Tapi ingat, jika ada yang aneh atau terjadi sesuatu, segera beritahu saya. Jangan biarkan sesuatu terjadi lebih parah kepada ustad Jamin,” ujar Kiyai Majid dengan suara berat.

Ustad Fatur mengangguk, merasa tenang setelah mendapat izin tersebut. Namun, sebelum berangkat, ia merasa perlu untuk memberi kabar kepada Burhan, seorang santri yang sering kali ikut membantunya dalam masalah-masalah pelik seperti saat ini.

Dengan menggunakan telepon genggamnya, Ustad Fatur mengirimkan pesan singkat kepada Burhan:

"Burhan, ada urusan di rumah Ustad Jamin. Jika kamu sempat, datanglah. Mungkin ada yang perlu kita bicarakan."

Tak lama, pesan itu dibalas. Burhan, yang kini berada di rumahnya, mengatakan bahwa ia akan segera datang.

Dengan hati yang sedikit cemas namun tegar, ustad Fatur menyiapkan sepeda motornya. Ia mengenakan jaket kulit yang sudah usang, mempersiapkan diri untuk perjalanan malam yang panjang.

Saat motor ustad Fatur melaju meninggalkan pesantren, jalanan yang masih sepi dan hanya diterangi cahaya bulan memberikan suasana yang sedikit mencekam. Hutan di sekitar jalan raya tampak gelap, dan semilir angin malam menambah kesan sunyi. Ustad Fatur tidak menghiraukan perasaan yang mulai mengusik, ia tetap fokus pada perjalanan. Namun, entah mengapa, ia merasa ada yang aneh di sekitar hutan itu. Di sisi jalan, di antara pepohonan, ia melihat sebuah sosok yang tidak biasa.

Di tepi jalan yang sepi itu, berdiri seorang wanita berambut panjang dan mengenakan pakaian merah menyala. Rambutnya yang panjang hampir menyentuh tanah, bergerak seperti diterpa angin meskipun tidak ada angin yang terasa. Ustad Fatur berhenti, perasaan ingin tahu mendorongnya untuk mendekati sosok tersebut.

Mendekat lebih jauh, sosok itu semakin jelas terlihat. Namun, begitu ustad Fatur berhenti tepat di depannya, wanita itu seketika menghilang, seolah lenyap ditelan kegelapan malam. Ustad Fatur merasa sedikit terkejut, tetapi anehnya, ia tidak merasa takut. Tanpa banyak berpikir, ia menyalakan kembali motornya dan melanjutkan perjalanan.

"Bismillahi La Yadurru Maasmihi Syaiung Fil Ardi Wala Fis Samai Wa Huwas Samiul Alim," ia pun melanjutkan perjalanannya.

Perjalanan terus berlanjut hingga akhirnya ia tiba di rumah Ustad Jamin. Rumah yang terletak di pinggiran desa ini tampak sepi, meski ada cahaya dari dalam rumah yang mengintip keluar melalui jendela.

Lihat selengkapnya