Malam itu, angin berhembus tenang, membawa udara segar yang menyejukkan hati. Tidak seperti malam-malam biasa, malam ini terasa berbeda. Di pesantren, suasana mulai terasa lebih khusyuk, penuh harapan dan doa yang mengalir. Langit gelap terlihat cerah, seolah-olah alam turut menyiapkan diri untuk menyambut acara besar yang akan dilangsungkan. Sebuah pengajian besar yang dipimpin oleh Kiyai Majid, pemimpin pesantren yang telah dikenal luas di kalangan masyarakat.
Pesantren, yang sudah memiliki reputasi yang sangat baik. Santri-santrinya terkenal disiplin, tawadhu, dan sangat dihormati oleh warga sekitar. Namun, beberapa minggu terakhir, beberapa kejadian aneh dan misterius mulai mengganggu ketenangan pesantren. Suara-suara aneh terdengar pada malam hari, dan beberapa santri mengaku merasa tidak nyaman. Beberapa bahkan melaporkan melihat sosok bayangan misterius di sudut-sudut bangunan. Meskipun tidak ada bukti yang jelas, kekhawatiran mulai menyelimuti pesantren.
Malam ini, Kiyai Majid memutuskan untuk mengadakan doa bersama. Ia merasa inilah saat yang tepat untuk meminta pertolongan dari Allah, mengusir segala roh jahat yang mungkin mengganggu ketenangan pesantren, dan memagar gaib seluruh wilayah pesantren agar tetap dilindungi. Kiyai Majid, yang dikenal sebagai sosok yang bijaksana, tidak hanya mengundang warga sekitar, tetapi juga beberapa tokoh kiyai dari pesantren-pesantren besar lainnya. Tujuannya adalah agar doa yang dipanjatkan menjadi lebih kuat.
Sejak sore, pesantren sudah mulai dipenuhi dengan warga dan tamu undangan. Banyak orang yang datang dengan pakaian terbaik mereka, membawa rasa hormat dan harapan besar. Kiyai Majid sendiri, setelah selesai memimpin salat maghrib berjamaah, langsung menuju ruang utama untuk mempersiapkan acara.
Ruangan besar itu, yang biasa digunakan untuk pengajian rutin, kini dihiasi dengan karpet tebal dan sejumlahAl-Qur'an yang sudah disiapkan rapih pada sebuah tempat. Para santri sibuk menata tempat duduk, mengatur susunan meja kecil, dan menyiapkan air zam-zam serta peralatan lainnya yang akan digunakan dalam acara doa bersama. Semua santri tampak terlibat dalam persiapan dengan penuh semangat, merasa bahwa malam ini adalah malam yang sangat penting untuk pesantren mereka.
Di bagian depan ruangan, terdapat sebuah mimbar sederhana di mana Kiyai Majid akan berdiri untuk memimpin doa bersama. Di sekitarnya, beberapa kiyai dari pesantren lain juga sudah mulai berkumpul, termasuk Kiyai Abdurrahman dari pesantren Al-Amin dan Kiyai Fadhil dari pesantren Nurul Iman. Mereka semua saling menyapa dengan penuh rasa hormat, meskipun tampak jelas ada ketegangan di wajah mereka. Keadaan yang agak mencekam akibat kejadian-kejadian aneh di pesantren membuat malam ini terasa sangat berbeda.
Kiyai Majid, yang sudah mengenakan baju koko putih bersih dan sorban khas, berjalan menuju mimbar dengan penuh wibawa. Kiyai Majid memulai acara dengan ucapan syukur kepada Allah, atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.