ILAFAT

Topan We
Chapter #51

Burhan VS Ustad Fatur

Di belakang gedung utama, di area yang jarang dilalui santri, Burhan tampak sibuk menyalakan dupa lidi. Asap tipis beraroma cendana mulai mengepul, menari di antara bayang-bayang pepohonan bambu yang menjulang dan bergoyang pelan. Di dekatnya, ada beberapa tumpukan kayu yang sudah ia siapkan untuk dibakar.

Burhan bukan sedang melakukan ritual aneh. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang belakangan ini kerap diganggu mimpi-mimpi ganjil. Entah kenapa sejak dua pekan terakhir, malamnya selalu dihantui sosok-sosok tak dikenal, tangisan samar, dan suara-suara aneh dari arah belakang pesantren. Ia sempat menceritakan hal ini pada Ustad Fatur, tapi ustad Fatur hanya tertawa kecil dan menyuruhnya lebih banyak membaca wirid malam.

Di tengah kesendiriannya, tiba-tiba terdengar suara lirih dari arah pepohonan bambu. “Tolong… Tolong saya…”

Suara itu begitu pelan, nyaris teredam oleh desir angin, tapi cukup jelas untuk membuat tubuh Burhan menegang. Ia menghentikan aktivitasnya, matanya menatap ke arah rumpun bambu yang lebat dan gelap. Bulu kuduknya perlahan meremang, seolah tubuhnya sendiri memberi peringatan akan sesuatu yang tak wajar.

“Tolong…”

Kali ini lebih jelas. Lebih dekat. Burhan berdiri tegak. Ia menelan ludah. Matanya menyipit menembus pekat malam, mencoba memastikan sumber suara itu. Suasana hening berubah tegang, hanya suara detak jantungnya yang menggema di telinganya.

Dari balik kerumunan bambu, sesosok tubuh perlahan muncul. Langkahnya tertatih, seperti orang yang kehilangan arah. Cahaya kecil dari dupa menyinari wajahnya yang pucat dan basah oleh keringat. Burhan mengenal sosok itu — Ustad Jamin.

“Ustad?” panggil Burhan pelan, suaranya nyaris tak terdengar karena rasa takut yang mengikat kerongkongannya.

Lihat selengkapnya