Angin berhembus pelan menyentuh kulit Ilham dan menggoyang-goyangkan rambutnya, membuat rambut yang tadinya rapih kini jadi agak sedikit berantakan. Pria tua itu nampak serius sekali mengucapkan kalimat barusan. Ilham menatap wajah Norwern dengan tatapan datar.
“Sang raja stalker? Omong kosong apa itu?”
Wajah Norwern berubah marah. Mata hitam mengkilap miliknya menatap Ilham dengan tajam. Rahangnya mengeras, raut mukanya yang berubah sudah seperti sunrise yang diterpa badai. Wajah ramahnya kini tak lagi terlihat.
“Pria penuh kata! Apa yang kau katakan? Bukankah kau selama ini suka sekali mencari-cari informasi tentang oranglain?” Norwern berusaha berbicara baik-baik dengan Ilham. Namun tak bisa ditutupi, raut mukanya yang ramah sudah sirna ditimpa segudang emosi.
“Ya, memang itu yang sering aku lakukan. Tapi, aku tidak mau menghabiskan waktuku hanya untuk mencari-cari informasi tentang orang lain. Lagipula, aku masih SMA, tau apa dengan dunia politik apalagi dengan dunia rahasia?” Ilham membalas tatapan Norwern dengan tajam.
Kalian pasti bertanya-tanya, bukankah Ilham sejak awal cerita hanya jadi seorang anak SMA yang banyak tanya dan sering main-main? Kalian tidak perlu banyak tanya, jika kalian bisa merangkai kejadian demi kejadian yang dialami Ilham, kalian pasti akan melihat ada sesuatu yang ganjil dari dirinya.
“Apa yang kau ucapkan? Apa aku tidak salah dengar?” Norwern memegang telinganya sendiri lalu ia memajukan kepalanya. Telinganya kini persis berada di depan wajah Ilham.
Ilham menampar wajahnya dengan keras. Plakk, tamparan itu telak mengenai wajah Norwern. Pria tua itu meringis kesakitan, wajahnya merah padam.
“Hei pria tua! Kau pikir aku bodoh? Dibalik sifatku yang terlihat banyak tanya, aku faham persis dengan seluruh kejadian aku alami. Jelas sekali bahwa maksud puisi itu bukanlah menyuruhku untuk bertemu denganmu lalu belajar ilmu basa-basi tak berguna. Omong kosong kau penjaga rahasia. Bukankah kau seorang pencuri karya terhandal di kota ini?” Ilham tersenyum sinis. Dia memegang tengkuk leher Norwern lalu mengangkatnya dan membanting tubuh pria tua itu ke lantai.
Norwern meringis kesakitan. Amarahnya perlahan berganti dengan beribu kecemasan, ternyata anak muda dihadapannya ini bukan anak muda biasa, “A.. apa yang kau mak..sud?”
Ilham tertawa mendengar pertanyaan Norwern. Dia menendang badan Norwern ke samping, lalu beranjak duduk di hadapannya. Norwern menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Tatap wajahku.” Ilham menarik tangan Norwern dengan keras.
“Kau tidak perlu sok bijak, seakan-akan menjadi penjaga rahasia paling terpercaya di dunia ini. Di dunia ini, terlalu banyak topeng-topeng sialan yang berpura-pura menggunakan wajah asli bertebaran menebarkan benih-benih kekosongan. Aku memang stalker, tapi bukan seorang pengecut seperti engkau. Yang mencuri karya-karya orang hebat di dunia ini, lalu kau jadikan seakan-akan itu karya kau sendiri, padahal engkau hanya pencuri.”
“Ka..kau bisa melihatnya sendiri di website-website terkemuka di kota ini. Aku adalah penulis puisi paling terkenal.” Ucap Norwern dengan suara yang bergetar.
Panas matahari siang beranjak pamit menyinari bumi, perlahan ia turun digantikan semburat bayangan-bayangan merah dan berbagai warna indah di langit. Pemandangan ini akan sangat indah jika dilihat dari lantai 20, tapi sayangnya dua pria yang ada di ruang ini sedang sibuk bertengkar.
“Penulis puisi terkenal? Kau hanya seorang pencuri kelas kakap. Kau menyumpal para penulis puisi dengan uang haram, lalu kau takuti mereka dengan ancaman mati. Padahal, bukankah kau hanya seorang manajer perusahaan bank raksasa di kota ini?” Ilham menatap wajah Norwern dengan tatapan meremehkan.
Norwern mulai bangkit, Ilham membiarkannya untuk bangun. Dia berjalan pelan menuju tumpukan-tumpukan buku miliknya, lalu ia mengambil satu buku kecil dan membacanya dengan suara keras. Gurat wajahnya seketika berubah menyeramkan, pemandangan di luar juga entah karna apa sirna digantikan hujan deras dengan suara guntur yang menyeramkan.