Suara gemuruh alat musik terdengar nyaring dan berirama. Hentakan-hentakan musiknya membuat semangat jadi membara. Nyanyiannya juga sangat enak didengar, beberapa siswa bahkan ikut menggoyang-goyangkan kepala saking enaknya.
Terlihat beberapa orang yang berada di lapangan bawah sedang bergerombol membentuk sebuah lingkaran. Mereka sedang menyiapkan sebuah acara meriah yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Sebagian fokus bekerja, sebagiannya lagi sibuk sendiri dengan kegiatannya. Di depan sana, lebih tepatnya di depan gawang. Alendo, Sang Ketua OKNA malah asyik mengayunkan kakinya lalu menembak bola sekencang mungkin. Murid-murid pecinta cogan berkerumun di atas untuk melihat kegiatannya, beberapa bahkan bersorak kegirangan.
Hampir seluruh kelas di bangunan sekolah berlantai tiga ini terisi penuh oleh siswa-siswa yang menggunakan seragam khas kota Ilios. Seragam hitam yang bisa menyesuaikan bentuk tubuh dan bisa berganti warna sesuai yang kita inginkan. Banyak siswa-siswi yang lalu lalang membawa barang-barang yang cukup besar. Hari ini amat spesial, karena hari ini adalah Hari Teknologi Zalavagaz ke-75.
"Hei ham, lo jangan kabur!" Teriak salah satu anggota OKNA.
"Gue cuman mau ke kelas sebentar buat ngambil beberapa barang." Jawab Ilham, pria itu sama sekali tidak menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Huuh, OKNA gak ada habis-habisnya. Ilham menghela nafas lega, akhirnya bisa istirahat sebentar. Ilham menarik hologram dari kantung celananya. Ternyata sudah jam 07:30. Sebentar lagi upacara akan dimulai.
Ilham melangkah mantap menuju kelasnya. Banyak sekali siswa yang membawa barang-barang besar ketika ia melewati lorong sekolah. Bahkan kelas 11 IPA 5 membawa alat-alat drone canggih yang bentuknya bermacam-macam. Ilham melewati kelas itu, lalu naik tangga menuju kelasnya. Benar saja, kelasnya juga sudah ramai oleh siswa-siswa perempuan yang sedang.. Hei, kenapa mereka malah main Tok-Tik?
"Nath, itu kenapa malah pada main Tok-Tik? Memangnya udah pada bikin kreasi teknologi buat lomba hari ini?" Tanya Ilham kepada Nathan yang asyik memperhatikan tarian Tok-Tik. Entah ia melihat siapa. Di saat kelas lain sibuk dengan kreasinya, kelas ini malah asyik bermain Tok-Tik.
"Yee, lo lupa apa gimana? Bukannya lo yang bilang ke grup kelas kalau sebenarnya lomba itu digelar besok? Kata lo hari ini cuman upacara." Nathan menoyor pelan bahu Ilham.
Ilham menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga, kemarin ia sendiri yang memberitahu grup kelasnya. Sebenarnya informasi ini dilarang untuk disebar ke kelas-kelas, OKNA sengaja tidak memberi tahu bahwa lombanya besok agar masing-masing kelas bisa mempersiapkan kreasinya dari sekarang. Namun bagi Ilham, lebih penting teman-teman kelasnya daripada perintah OKNA.
"Ciee ciee," para siswa perempuan bersorak. Ilham membalikkan tubuhnya, melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata Farael dan Tsana sedang foto bareng. Terlihat jelas Tsana terlihat malu-malu, sedangkan Farael terlihat sok cool dengan gayanya. Entah kenapa, rasanya sebentar lagi mereka akan pacaran.
Ilham hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari duduk di kursinya. Sudah ada satu couple di kelas ini. Padahal, SMA Naratama jelas sekali melarang siswanya untuk berpacaran. Aturan ini sudah jelas tertulis di buku sakti dan yang melanggar akan dikenakan 'Naratama Point'. Ilham sih selalu tertawa ketika mendengar 'Naratama Point' diucapkan. Omong kosong yang sangat kuno, sejak ia pertama masuk ke sekolah ini, banyak sekali siswa yang berpacaran namun tidak mendapatkan hukuman 'Naratama Point' yang katanya bisa membuat siswa dikeluarkan dari sekolah.
Tring, muncul notifikasi di hologram milik Ilham. Ternyata ada notifikasi dari grup OKNA, sebentar lagi upacara akan dimulai. Seluruh anggota harus menyuruh siswa dari seluruh kelas untuk turun ke lapangan. Ilham bergegas mematikan hologramnya, lalu meneriaki teman-temannya agar segera ke lapangan.
"WOY, Ke lapangan sekarang, upacara mau dimulai!"
***
Upacara hari Teknologi Zalavagaz berjalan lancar dan khidmat. Bendera kuning hitam berkibar dengan gagah di ujung tiang. Setelah bendera dinaikkan, protokol melanjutkan sesi selanjutnya, yaitu amanat dari pembina upacara.
"Assalamu'alaikum anak-anakku semua. Hari ini bapak akan menyampaikan beberapa informasi. Pertama, marilah kita jadikan Hari Teknologi ini menjadi ajang untuk mengembangkan teknologi-teknologi kita agar lebih baik kedepannya. Para pejuang kita dulu bersikeras untuk membuat teknologi-teknologi agar negara kita yang tersembunyi ini bisa aman dari para penjajah."
Suara pembina upacara terdengar lantang, namun tidak terlalu menggetarkan jiwa. Hampir seluruh siswa diam mendengarkan. Karena kalau tidak, drone-drone pengawas akan menyetrum mereka. Di lapangan sebelah kanan, dekat dengan ruang koperasi, siswa yang berisik sedang di setrum oleh drone. Melihatnya saja sudah membuat seluruh siswa bergidik ngeri, apalagi Nathan, pria itu gemetar saat melihat siswa disetrum.
Pembina upacara masih melanjutkan pidatonya hingga poin terakhir. Kebanyakan siswa mulai bosan karena pesan yang disampaikan tidak terlalu penting, beberapa menguap. Ilham sejak tadi mengoceh sendiri dalam hatinya, fungsi upacara buat apa si?
"Anak-Anak, bapak harap harapan kalian tidak hanya sekedar jadi harapan, bapak harap kalian jangan hanya berharap namun juga ada ikhtiar agar harapan itu bukan jadi sekedar harapan. Jangan banyak berharap, tapi banyaklah memberi harapan."
"Itu pak siapa si? Kok ngomong muter-muter kayak komedi putar?" Tanya Nathan, ia sudah sangat geram mendengar pembina upacara yang berbicara bagaikan kaset rusak.
"Itu Pak Danzi, Kepala sekolah." Jawab Ilham singkat. Andai tidak ada drone, mungkin sejak tadi ia akan kabur diam-diam ke toilet.
Protokol terus melanjutkan sesi-sesi berikutnya, hingga sampai ke sesi doa dan penutupan. Beberapa siswa yang tadinya mengantuk kini mulai menatap hamparan lapangan dengan antusias, sebentar lagi akan ada band dari sekolahnya yang akan tampil.
"Upacara telah selesai, para siswa dipersilahkan untuk duduk. Jangan beranjak pergi dulu, karena akan ada band yang menyanyikan lagu spesial hari teknologi Zalavagaz, marilah kita sambut... Patah Hati Band!"
Seluruh siswa bertepuk tangan dengan keras. Suaranya hampir terdengar hingga ke gerbang sekolah.
Band itu mulai maju ke lapangan dan membentuk sebuah formasi. Mereka semua menggunakan seragam yang mirip seperti robot. Empat orang yang memainkan alat musik, dua orang yang menyanyi.
Dung tang dung tang (suara musik)
Kita bukan teknologi
Bukan pula hologram yang dimainkan tiap hari
Kita adalah manusia
Yang kadang diabaikan dan ditinggal pergi
Treet treet (Suara terompet)
Apa kabar dirimu?
Yang masih saja tak tau
Perasaanku masih sama seperti dulu
Aku tak pernah lelah menunggu