ILHAM SANG RAJA STALKER

Satria Adhika Nur Ilham
Chapter #2

1. SMA Naratama

Udara pagi terasa dingin menusuk permukaan kulit, hujan buatan tadi malam telah membuat satu kota kedinginan. Bagaimana bisa? Kota Ilios adalah kota yang sangat maju. Walau ada di pulau terpencil, teknologi di kota ini bahkan tak ada yang bisa menyaingi. Bahkan dulu ada alat pendeteksi rasa, yang ternyata gagal habis-habisan dihari pertama alat itu dibagikan.

Ilham kini tengah asik bercengkrama dengan Venny, sang kakak kelas yang ia sukai. Mereka sedang asik jogging bersama di komplek Talaga Golz, sembari mengobrol dan saling bercanda. Ilham memang sengaja mengajak jogging pagi-pagi karena suasana di pagi hari masih tentram dan belum banyak orang. Jika kalian datang agak siang, mungkin bisa-bisa kalian akan mendengar tarian senam emak-emak komplek sambil menyanyikan lagu “Jangan Goyang”, lagu yang sangat dibenci Ilham.

Ilham menoleh kearah Venny, rasanya senang sekali setelah sekian lama akhirnya ia bisa jogging bersama.

“Ham, dingin banget ya!” Ucap Venny sambil menggosok-gosokan tangannya.

“Iya ka.” Ilham menjawab singkat.

“Dingin Ham kayak sikap kamu.” Ucap Venny sambil tertawa.

“Eh, emang aku kulkas?” Ilham menjawab polos.

“Tau ah, Susah kalo ngomong sama kamu. Dengerin ceramah mulu si.” Venny tertawa, ia menunjuk kedai kopi yang cukup terkenal di kota ini, kopi Janji Doank. “Ham, Kesana yuk!”

Ilham mengangguk, dia dan Venny berjalan menuju Kedai Kopi Janji Doank. Karena masih sepi, Ilham bisa leluasa memilih tempat duduk. Ia dan Venny duduk di luar dekat dengan pohon-pohon.

Meja yang mereka tempati mengeluarkan bunyi tiing, hologram muncul dengan berbagai macam pilihan kopi. Ilham memilih kopi abadi, agar cintamu dengannya bertahan selamanya. Sedangkan Venny memilih kopi rasa matcha, rasa favoritnya. Kemudian hologram itu menampilkan tagihan harga, Ilham langsung mengambil dompetnya dan meletakkan kartu T-A-M di atas hologram. Langsung terdengar bunyi triing, artinya pembayaran selesai. Kopi akan segera dihantarkan.

“Gak terasa ya, udah satu tahun kita saling kenal.” Ucap Venny memulai topik pembicaraan.

“Iya ka.” Ucap Ilham yang lagi-lagi singkat. Ilham sebenarnya sedari tadi ingin memulai topik, tapi lidahnya entah kenapa menolak untuk berbicara, mungkin karena gugup.

“Kamu tuh dari tadi jawab cuman ‘iya ka’ ‘nggak ka’. Nggak ada jawaban lain selain itu?” Venny tertawa melihat wajah Ilham yang terlihat seperti orang bingung.

“Eh, Iya. Gak terasa udah satu tahun kita saling kenal, sebenarnya ada hal yang aku ingin bicarakan ke kakak.” Wajah Ilham mulai terlihat serius. Ia menelan ludah, mungkin sekarang waktu yang tepat buat nyatain perasaan gue ke dia.

“Apa?” Venny mulai berfikir, kira-kira hal apa yang akan Ilham sampaikan kepada dirinya?

Suara pelayan memotong pembicaraan kami, kopi abadi dan kopi rasa matcha segera diletakkan diatas meja. “Selamat menikmati, bro and sist.” Ucap pelayan ramah.

Ilham kembali menatap Venny penuh perasaan.

“Sebenarnya aku suka sama kakak sejak lama, bahkan semenjak pertama kali masa orientasi siswa. Aku melihat kakak itu beda dari yang lain. Sikap, cara berpakaian, dan cara berbicara kakak membuatku jatuh cinta.” Ucap Ilham bak pujangga tersohor.

“Kakak tau ham, kakak juga sebenarnya suka sama kamu semenjak awal kamu ngasih buku buat kakak. Entah, ga nyangka aja kakak bisa suka sama adek kelas sendiri. Makasih udah perhatian sama kakak selama ini.” Ucap Venny tersenyum tulus sambil menunduk, wajahnya langsung blushing mendengar ucapan Ilham tadi.

Ilham yang mendengar jawaban Venny pun seketika mematung, ia ingin berteriak sekencang mungkin karena saking bahagianya. Tapi aneh juga jika seorang Ilham teriak-teriak di pagi hari, nanti bisa-bisa ia dianggap orang gila. Ia segera menggenggam tangan Venny, namun entah kenapa matanya tiba-tiba terasa gatal.

Duarrr

Ibunya Ilham mengguyur Ilham dengan air dingin, mengagetkan Ilham yang sedang asyik larut dalam dunia mimpi. Ilham mendengus, ibunya benar-benar menyebalkan.

“Gausah diguyur juga kali mah.” Ucap Ilham sembari menarik spreinya yang basah. Ibunya melotot kearah Ilham.

“Dari tadi mamah udah bolak-balik sepuluh kali cuman buat bangunin kamu ham, dan kamu dengan enaknya hanyut dalam dunia mimpi. Lihat jam, sekarang udah jam enam, sana sholat subuh dan langsung mandi. Hari ini kan hari pertama kamu sekolah setelah sekian lama kamu liburan” Ucap ibunya mengomel.

Ilham mendengus kesal, kenapa pula ibunya ini mengganggu mimpinya. Ia langsung menyambar handuknya dan menuju ke kamar mandi, karena percuma saja ia membalas omelan ibunya, bisa-bisa ia dianggap durhaka.

Lihat selengkapnya