"Ada apa?"
Aku menggeleng, kemudian menarik sobat karib. Untuk mempercepat langkah kaki menuju halte.
"Kau aneh, tapi itu bagi orang lain. Menurutku, kau itu istimewa." Deral berkata dengan sorot mata amat serius padaku.
Aku hanya berdeham, saat Deral kembali berkata istimewa. Mungkin di waktu yang tepat, itu sangat tidak buruk. Pengecualian, bila dihadapkan sesuatu yang mengerikan.
Wajar bukan? Membuatku atau bahkan orang lain takut?
"Aku tidak berharap bisa melihat apapun yang tidak bisa dilihat oleh orang lain." Kemudian melangkah pergi, tidak mempedulikan Deral terus berteriak sebal ke arahku.
Awal mula, aku menganggap semua yang menampakkan diri tiba-tiba. Atau ketika melangkah, selalu saja hal janggal tertangkap jelas oleh penglihatanku.
Ilusi, berhalusinasi parah.
Dalam sekejap, aku percaya yang terlihat olehku itu kenyataan mistis. Karena orang tuaku berkata, saat masih kecil suka berbincang sendiri—nyatanya dulu aku pernah menjawab—memiliki teman.
Karena kemampuan itu, ada orang lain yang menganggapku aneh. Awalnya, memang memuakkan. Lambat laun, aku tidak peduli. Kalau saja mereka merasakan—
"Ah sudahlah!" Kesal, karena hal itu lagi yang mengusik ingatanku.
Berusaha melupakan, tetap saja tidak bisa. Aku menoleh cepat, dan memindai sejenak. Kemudian, kembali menghadap dan mendengarkan penjelasan dosen.
Lagi kah? Yang pasti ini berbeda.
Aku menggeleng cepat, berusaha mengabaikan. Terkadang lelah, bila terus diganggu.
"Kantin?"
"Kau saja." Aku benar-benar malas, memilih pergi ke perpustakaan sembari menunggu mata kuliah kedua dimulai.
Lagi-lagi hal sama saat di kelas pertama terjadi, aku hanya mendengkus. Meski, yang tertangkap di penglihatanku terkadang mengekori. Lambat laun berubah, mengitari, dan terakhir mensejajarkan diri denganku.
Aku memang terganggu dengan keberadaan mereka, tetapi ada masanya penasaran dengan alasan mereka.
Saat fokus pada buku yang kuambil dari salah satu rak kumpulan non fiksi, lagi-lagi terusik dengan suara benda jatuh. Itu hanya aku yang menyadari, kalau pelakunya makhluk tak kasat mata yang seakan mencoba menggangguku.
Sedangkan, bagi orang lain—sekumpulan mahasiswa lain. Yang kebetulan, dalam jarak dekat denganku. Menganggap semua itu, tidak sengaja dijatuhkan oleh mahasiswa lainnya yang ingin mencari buku.
Ada juga, yang memang mahasiswa memiliki phobia berlebihan. Lebih lagi hanya mendengar benda jatuh, memilih kabur. Karena instingnya, merasa itu hal mistis. Meski tidak bisa melihat.
"Mencoba dilupakan terus aja kepikiran." Kulirik sejenak, setelahnya mencoba fokus lagi.
Ya, kini ada di hadapanku. Memang tidak mengerikan, tetapi ada masanya menjadi mengerikan bentuknya.
Mungkin saja, tergantung situasi?
Ah aku benar-benar pusing!
Memilih menelungkupkan kepalaku sejenak, dan terpejam. Berharap rasa pusing yang mendadak menyerang—lenyap, termasuk yang masih saja duduk di hadapanku.