Illusions?

Azazil Lucifer
Chapter #3

Bab 3

"Arrrgghhh! Bikin pusing!"

"Ganggu lagi kah?"

Aku tersentak, karena Deral muncul macam jelangkung.

"Ditanya juga!" Deral geram, dengan santai menggeplak kepalaku dengan bindernya.

"Kalo tau ngapain nanya lagi sih!"

Deral terkekeh. "Iseng."

Aku berdecih, dan melengos.

Pulang sendirian, biasa bagiku. Yang tidak biasa, ya nambah banyak gangguan. Tepatnya, selalu terusik oleh kelakuan mereka di manapun setiap kali aku melangkah.

Benar saja, ada yang mengekor kali ini semacam anak kecil.

Mau apa lagi? Satu aja belum lepas, kok malah nambah?

Aku memilih berpura-pura seolah tidak memiliki kemampuan melihat makhluk halus, intinya hal mistis. Seakan tidak mempan, atau para hantu tahu ciri orang yang bisa melihat?

"Ah ribet."

Kakak, kakak, kakak, kakak, kakak.

Masih tidak kupedulikan panggilannya, terpaksa berhenti ketika Nita menghalangi jalanku lagi.

"Kau serius?" Nita ternyata pemaksa.

"Ya." Kulirik datar sejenak, kemudian melengos. "Berhenti memaksa. Kau tau? Kalo ajakanmu begitu, yang ada membuatku jengkel."

Nita tetap saja bebal, buktinya mencekal tanganku. Buru-buru kutepis dan itu pelan, karena tidak mau dikira kasar pada perempuan.

"Kau bohong." Nita menatap serius ke arahku.

"Heh, nggak disangka sama semua ya?" Aku tidak habis pikir, kemampuan Nita persis sekali. "Kau cenayang asli, dibandingkanku hanya menebak baru mencari tau."

Kulihat Nita mendengkus kasar, berharap bisa mendapat jawaban lain. Sayangnya, aku tidak mau memberi jawaban apapun lagi.

"Masih pada pendirian kah?"

"Kau sendiri sangat maksa." Aku tidak mau kalah.

Nita berdecih. "Kau bahkan, sudah ketempelan lagi. Ah mau ada lagi tuh."

Pada akhirnya, aku melirik anak kecil yang sibuk mengekori. Kemudian beralih ke arah lain, ternyata seorang wanita tua. "Aku ini yang ditempeli mereka, bukan kau." Memutuskan pergi, tidak peduli kalau Nita semakin kesal dengan kelakuanku. "Lagi pula, mereka nggak terlalu mengganggu."

"Kau bebal."

"Sendirinya juga!" Kubalas cepat dan menohok. "Setidaknya beri alasan yang kuat."

Nita malah tersenyum aneh. "Serius? Hanya itu?"

Aku tidak menjawab, terus melangkah ah pas sekali sampai halte bertepatan angkutan umum berhenti. Dengan cepat aku masuk dan mencari tempat duduk pojok.

Lihat selengkapnya