Senin yang cerah.
Upacara dengan pidato lama.
Dan Devan yang sudah mengeluh di bawah teriknya sinar matahari, bahkan Zain menyerah untuk menyembunyikan temannya itu di belakang badannya karena selalu ditegur oleh OSIS.
Pidato yang panjang itu berisi tentang kemenangan pertandingan Minggu lalu, tentu saja sudah hampir semua siswa kemenangan yang maju ke depan hanya untuk menerima hadiah kecil-kecilan.
"Habis ini gue mau mie ayam, lo traktir, Zain," ungkap Devan setengah sadar.
"Iya," balas Zain pendek, cowok itu melirik Devan lalu menepuk kepalanya ringan.
Hampir 46 menit mereka berdiri, akhirnya dibubarkan karena jam pertama akan segera dimulai. Zain menyeret Devan ke arah kelas, sedikit kasihan karena temannya itu terlihat lesu dan tidak bertenaga.
Devan sendiri selalu melihat hpnya, memantau kontak Azriel yang sudah menghilang dari kemarin. Terakhir dia berjumpa dengan Azriel adalah kemarin, itu pun sebagai cewek tomboy di taman komplek.
"Azriel gue ... dia ngilang tanpa kabar, gimana ini Zain," gumam Devan tidak bersemangat.
"Boti lo?" tanya Zain berkerut kening, cowok itu menepuk kepala Devan lagi dan bergumam. "Sesuka itu lo sama dia? Sedangkan banyak cewek di muka bumi ini."
Devan menoleh. "Lo bilang apa?"
"Nggak ada, Van."
Membiarkan Devan galau di mejanya, Zain malah berdiri dan berjalan menuju kantin. Cowok itu memesan lemon tea segar untuk temannya, hitung-hitung untuk menghibur walaupun tak ada faedahnya sama sekali.
Begitu melewati kelas lain, dia menyelonong masuk karena penduduk kelas itu tengah bergembira sambil melempar temannya ke atas.
"Wih, ada info apa, nih?" tanya Zain penasaran.
"Katanya ada pertandingan 2 Minggu lagi di SMA lain, Zain," balas Frisqi tersenyum miring.
"Lagi? SMA mana, Qi?" Zain duduk di sebelah Frisqi, tanpa sadar meminum lemon tea punya Devan.
"SMA Bluemoon."