Im (not) a Boy

Ael
Chapter #10

10. Emotional (1)

Dua Minggu berlalu dengan sangat cepat, Devan dengan kesadaran penuh, menatap gerbang SMA Bluemoon dengan binar bercahaya. Tak sabar untuk bertemu calon pacarnya yang pemalu dan manis itu nanti.

Zain yang bosan di samping Devan, akhirnya menguap lebar, tak mempedulikan pandangan SMA musuh yang memperhatikannya dengan berbagai ekspresi. Yang jelas, Zain hanya melihat ekspresi iri dan dengki.

Mengabaikan keberadaan keduanya yang mulai dikerubungi oleh cewek-cewek Bluemoon. Dari kejauhan, Azriel melihat Devan yang tebar pesona pada mereka semua. Cowok itu hanya tersenyum terpaksa, dia hanya berdiri di DPR (di bawah pohon rindang) tanpa berbuat apapun.

"El, ganti baju lo, tim voli Bluemoon ngelawan tim voli Dirgantara," ucap Farhan di belakang Azriel.

Azriel menoleh, lalu mengangguk sekilas. Bukan hanya SMA Starlight yang menjadi lawan mereka, ada banyak SMA swasta lainnya yang ikut berpartisipasi dalam pertandingan persahabatan, termasuk sekolah international dari luar negeri. Total semua adalah 5 SMA ternama.

SMA Bluemoon.

SMA Starlight.

SMA Dirgantara.

SMA Sailendra.

Senior high school Aprhodite.

Memikirkan bahwa tim voli akan melawan Dirgantara nanti, membuat Azriel menghela napas panjang. Lawan pertama saja sudah sangat berat, karena tim voli Dirgantara selalu menang dan pernah maju ke tingkat nasional.

"Heh, cupu! Cepet ganti baju! Lama bener, cewek lo?!" ucap Zidan dengan nada jengkel, padahal Azriel sedang merapikan baju voli di badannya.

"Iya, maaf," balas Azriel pelan.

Zidan berdecih, lalu keluar karena muak berada di ruang ganti. Hampir seluruh warga Bluemoon cowok tak menyukai Azriel karena pembawaannya yang kalem, lembut, dan tidak seperti cowok pada umumnya.

Azriel itu lebih suka mengalah, bahkan dia hanya diam saat dihina orang lain. Dan lagi, saat keluar dari ruang ganti, banyak siswa yang memandangnya sinis.

"Azriel atau Azela? Kayaknya lebih cocok Azela, ya, napa lo nggak jadi cewek aja? Cocok sama muka lo itu," ucap Adi sambil tertawa mengejek.

"Iya, Yang! Aku, sih, nggak bakal suka, ya, sama cowok modelan boti gitu, jijik banget rasanya," sahut Yolanda tersenyum meremehkan, pacarnya Adi.

"Jangankan kamu, Yang, aku sebagai cowok aja nggak mau ngakuin tuh orang gender cowok," balas Adi sambil meletakkan tangannya di bahu Yolanda.

Keduanya kompak menghina dan merendahkan Azriel. Sedangkan cowok itu sendiri hanya diam tak membalas, percuma dibalas, karenanya dirinya pasti akan dibully lebih parah lagi, Azriel takut mereka semua main fisik padanya.

"El! Tim disuruh kumpul!" teriak Faisal di ujung lorong.

Mau tak mau Azriel menuju lapangan, berdiri di sebelah Farhan dan Faisal, lalu ikut mendengarkan arahan pelatih. Melupakan apa yang baru saja dia alami tanpa merasa dendam.

Dari kejauhan, Devan duduk bersandar di podium. Menatap Azriel dengan datar, cowok gadungan itu berpikir tentang perbedaan yang ada. Jika dirinya di sekolah sangat ekstrovert, mudah dekat dengan orang, bahkan disegani. Beda sekali dengan Azriel yang dikucilkan.

Dari mana Devan tahu? Tadi, saat di gerbang masuk Bluemoon, Devan melihat Azriel berjalan bersama temannya dan berinisiatif mengikutinya sampai bersembunyi di balik tembok.

Devan tak mungkin masuk ruang ganti cowok, jadi dia hanya menunggu di luar tanpa berbuat banyak. Rencananya Devan akan mengejutkan Azriel dan memberinya cokelat, tapi apa yang terjadi malah sebaliknya.

Begitu Azriel keluar, Devan malah mendengar kalimat hinaan pada cowok itu. Bukan hanya cowok yang menghina, tapi juga cewek. Di balik keunggulan SMA Bluemoon, ternyata ada banyak siswa yang memiliki otak dan kelakuan minus. Rasanya Devan ingin sekali menampar kedua orang yang menghina kesayangannya.

"Apa gue cegat aja di gang?" gumam Devan serius.

"Siapa yang lo cegat?" tanya Zain duduk di sebelah Devan.

"Orang brengsek yang ngehina calon pacar gue," balas Devan menatap Adi dan Yolanda, keduanya berada di dekat lapangan voli.

Lihat selengkapnya